Thursday, 7 February 2013

Untuk Satu Hati

Untuk hati yang di dalamnya pernah tumbuh bunga: Aku.
Maaf, aku mencabut paksa bunga itu dari hatimu. Aku tidak sanggup tumbuh di hatimu kini. 


Untuk kamu yang setia menyiram bunga itu dengan perhatian dan kasih sayang.
Maaf, aku tetap tak bisa tumbuh dengan baik di hatimu. Malah bunga itu tumbuh liar di hatinya, yang lama telah mengabaikan aku. 

Untuk hati yang percaya bunga itu akan mewarnai hidupmu dengan keindahan.
Maaf, aku hanya bisa memberi warna kelam (kembali) pada harapanmu. aku memang bodoh.

Untuk hati yang mengharap madu dari bunga itu.
 Maaf, saya hanya bisa membuat getah yang terus membalut tanahmu. Memberi duri pada kepercayaanmu.
Dan selamat datang pada neraka yang telah kuciptakan di surgamu.

Untuk hati yang bernama kamu.
Aku tak pantas untuk setiap air asin yang keluar dari lautan yang yang penuh cahaya masa depan.
Aku, hanya bisa membalutnya dengan awan getir yang terus bergejolak, membawa badai dahsyat untuk hidupmu yang telah damai, sesaat sebelum bunga itu tumbuh.

Maaf, jika akhir ini, berakhir dalam aksara yang tak ingin kamu baca. Saya hanya pecundang yang terus berlari menuju masa lalu. Tanpa pernah menoleh kepadamu. Kepada harapan yang terus terbuka unuk keterpurukanku. Semoga Neraka itu berakhir dan ada bunga baru yang membuka pintu–pintu surga yang indah utukmu. Salam untuk jiwa yang pernah memelukku erat. Semoga kelak kita dapat berbincang tanpa rasa yang dulu berbinar. Dan maaf, tak pernah memanggilmu, sayang. Semoga dalam surat ini hubungan kita tidak berakhir dalam permusuhan.  Dan semoga kita bisa jalan–jalan lagi. Bersama teman-teman yang selalu ribut itu. 

Salam hangat rindu untukmu yang tak pantas lagi kurasakan.



 *dari Ahsin Arif

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger