Dear You,
Gadis yang tak kurencanakan
hadir di sela kehidupanku. Tapi 'kebetulan' punya jalannya masing-masing, kan?
Awalnya kau adalah bagian dari permainan kelicikan dunia. Kala itu, dengan congkaknya pacarmu (temanku) berkata 'Aku akan mengambil hati gadis itu,' sambil menunjuk sosok manis di profil picture Friendster. Gadis yang kukenal baik juga, yang dulu ia minta dikenalkan olehku dengan imbalan selingkar pizza. Mungkin waktu itu, ia melupakanmu sejenak. Itu tidak bisa ditolerir olehku yang belum sembuh benar dari sakit hati. namun dalam hati ada setan yang berbisik, 'Kalau begitu, pacarmu buatku,'
Dan voila...!
Kau dan aku satu.
Jarak hampir bukan alasan kita
terus saling berhubungan. Aku masih ingat lagu yang kau selalu nyanyikan
untukku sebagai pengantar tidur. Atau, kau nyanyikan sebagai penyemangat dalam
kerjaan. Aku memainkannya sembari menulis surat putus ini.
Kenapa kau hentikan suara itu?
Aku pengagum berat band-mu, walau kau tak tau lagumu kudaftarkan sebagai
playlist di salah satu jejaring sosial musik.
Aku tenggelam dalam
merdu suaramu. Aku lupa pulang. Hatiku bertengkar, apa ingin tetap tinggal atau
beranjak dari hatimu. Sampai akhirnya kita sama sadar, kita sedang bermain
dalam api. Walau itu hangatnya asmara, kita sedang salah.
Aku mendadak takut, ketika kau
menggambarkan dirimu sendiri dalam satu kata, rusuk. Terhenyak, aku sadar kau
pergi terlalu jauh dalam hatiku. Ini tak boleh terjadi, seharusnya tak boleh
terjadi. Kita tak bisa lanjut membangun tugu itu, seperti miniatur khatulistiwa
yang kau berikan padaku berikut surat cintamu.
Aku sengaja menghilang setelah
itu. Meninggalkan album foto terkunci dalam album Friendster-ku. Untukmu, jika kau masih mencari keberadaanmu dari
diriku. Hanya itu.
Teruslah menyanyi tanpaku, dengan
suaramu yang seharusnya merdu. Semerdu kisah kita yang cukup sampai di situ. Kau
terlalu baik untuk jadi rusukku yang makin membusuk, Dara.
*surat keempat dari @restuwashere
0 komentar:
Post a Comment