Tuesday 14 June 2011

Kotoran

Merenung di toilet ‘Haiyya’, 22 Februari 2008


Satu hal yang pasti kukerjakan, melupakan ajaranmu
Kelak, waktu gunung meletus tak berhasil buahkan tolehanku,
Kudapati waktu statis tak berbuih
Menempel erat sebagai kawan dalam nurani
Waktu yang terangkai berutas-utas senyum tak putus-putus

Mematung,
Memikirkan pelangi lurus satu warna
Adalah tingkahku kala terpaksa mendengar ajaranmu

Ini, itu, anu, maka
Semua cuma kosong yang dilucuti agar ada
Benci terhadap segala kata yang kau semburkan

Setahun pembicaraan tak berguna
Ajaranmu tak berdampak…pak…
Meski hanya pada kotoran kukuku
_

Tanggal 81, bulan 18, tahun 8001

22 Februari 2008


Semua bisa saja
Tidak ada yang berubah semenjak jatuhnya titik-titik embun pagi tadi memanggilku menatap buku

Biasa saja semua
Terpal hitam adalah langit hari ini
Perkelahian, tangis, jiwa retak, bisu
Hal-hal yang sama

Tapi mengapa mereka mengawalku?
Otak karatanku dijejalkan tanya-tanya berbau selidik
Jika saja keberanian kalian ada di sidang KPK
Maka uang-uang akan mem-bumerang

Jumat, sabtu, minggu,
Deretan yang tak pernah berubah
Dentuman, peredaman, memekakkan, mengemosi
Menggumpal bersama musik siang

Kita lihat nanti
Bagaimana waktu memamerkan mujizatNya
_

Die Splittern

du…
Jemand russt im liebe
schrei: wǜnsche ich dich begleiten
welt…
ich schiebe nie meinen Einfang auf
nur eins sekunde
zwei Thronen spalten die Erzahlung

Verlort die Grenze
alle brennenderschmerz ausgewischt
du untertauchst den weissen Flugel im seele
wir fliegen
mitgebracht werden
illustriert…

Still, rugig, keine Bedeutung mehr
traurige seutzen und ruhige schreck verhalten
ist mein Vorgefǜhl falsch?
manchmal betrǜge ich
etwas keine Bedeutung

schrei: zwingst nicht dir zu Verlassen

05 Desember 2007

INI PALING MEMBAHAGIAKAN

30 November 2007

Maafkan, jika kuminta mati saat ini

saat pisau runcing ramping menarik rupanya
Tanganku tergoda untuk kutusukkan ke jantungku sekarang

Maafkan, jika berfikir kehampaan antariksa
Lebih butuhkanku ‘tuk melayang-layang tanpa arah
dibanding bumi untuk kujajah

Dimana telingaku menganga lebar
Otakku terpanggang
Tanganku meradang
Dan setiap titik darahku terbakar mendidih
memaki
Membuatmu memaku

Aku ingin mati saja
Karena aku mendurhakaimu sekali lagi

Sekali lagi…

Air mata perlahan kutemukan

Tak bisa kupecahkan kepala ini
Membentuknya seperti mollusca

Lebih baik aku tak pernah ada
Daripada melahirkan kedukaan
Daripada berteman penguasa setan
membuat seisi dunia mengutukku binatang
aku b-i-n-a-t-a-n-g

tidak ingin begini

lengking memanggil tanganku menggenggam pedang juga menarik siraut
Dan kupilih lantai sebagai penikmat ciuman terakhirku

Mama, aku takut pergi ke neraka

……………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………..………….
…………………
….
.

Yang Semu

Makassar, 01 September 2007


Negaraku Indonesia, surga semu
Bendera diturunkan tanpa upacara
Rutinitas berlalu tak tersadari
Bukan raja perintah kami
Dia setan!

Bendera berkibar bukan pada tiang
Hukum mati selayak dinding berjamur

Indonesia, negara ayam kate
Punya sayap tapi sukar terbang
Ditendang yang adidaya, baru melompat terkaget

Darah pernah ditampung dalam satu kota
Banyak yang tersedu, lautan memerah
Itu dulu,
Itu dulu,

Satu mimpi tak berpeduli
Yang selalu kugemakan waktu kebanyakan orang tuli,

“Inginkan merdeka Indonesia sedamai hutan
Saat berteman dengan awan dan hujan

Inginkan merdeka Indonesia sedamai hutan
Saat berteman dengan awan dan hujan”
_

Friday 10 June 2011

Tak Berjudul

Makassar, 28 November 2007


Tidak ingin ada ini, mulanya
Meski segala metamorfosis ditampakkan
Dan relung-relung bertabir terbuka
Ataukah yang tidak bisa menyeruak sejati

Aku menjadi tak peduli dengan bencana alam

Tanpa terduga ini ada
Mengekor di komet kebenaran
Dan menembus lapisan relung yang baru saja kututup


Menggebrak!

Menjadi pengikat simpul,
Elemen terakhir,
Empat sisi dunia terpenuhi,
Raga berteman lagi

Menyempurnakan segala apa yang tak mungkin,
Ini dia, dan kupastikan…

_

Sayap Puisi Legenda

09 Desember 2007

Lima masa dipasangi sayap
Lima masa diajari terbang
Lima masa melayang entah kemana bersamanya
Sepanjang masa dijatuhkan ke dalam lembah termistik

Ini bukan puisi
Kandungan puisi itu kata-kata indah
Bukan begini
Ini bukan puisi

Orang lain pergi berampas sesuatu yang pasti
Kau menyimpan seraksasa tanya

Ini bukan puisi

Melainkan kebencian yang kulegendakan
Ini perasaan dan tanda tanya
Kemarahan yang meluap

Ini bukan puisi
_

Koma

18 November 2007

Hilanglah pekat yang klasik
Setitik lalu titik setelahnya

Sebelum terlanjur usang
Kuizinkan waktu, tanah, dan hembusan menjamah
Pekat,
Ambil dia, wahai putih jagad!

Sudah waktunya

semasa sma, saya dirasuki banyak penulis dan pembicara lepas di sekitar, bertambah sibuk dengan suara-suara kecil di kepala. maka saya menulis. sayangnya baru bisa kusampaikan sekarang. selamat menikmati apa yang dulunya nikmat bagiku, sahabat

26 Januari 2008

Yang Kau Maksud Bahagia

Tubuhku terkapar, bayangan kutindih
Ini tidur abadi tanpa selimut putih

Beratap langit yang menganga bergemuruh
Karena cinta, aku telah dibunuh
_



Makassar, 20 November 2007

Datar

Setelah masa antara jangkrik mengerik dan embun bungkam yang menghantam-hantam tanah, bangkit ‘ku karena aurora,

Sang silam maya,
Ia melihat pekatku, merenggutnya senang hati dan sekejap pergi tak menyentuh bumi
Melayang…

Lim pung,
Eti mo logi,
Non rasio nal
E m o
Itu semua ampasnya

Pengharap, dijadikannya aku begitu. Namun kutunggu sang silam maya berputar untuk menyapit waktu di sampingku,

Agar kuangkat matahari yang terlanjur tenggelam, juga areasi menghantam retinanya, kagetkan ia,

Dengan pernyataan entah mengapa
_



23 Januari 2008

Lelah

Mengapa mesti membekap mulut sendiri jika itu benar?
Biar hancur terburai sampai meleleh
Tidak ada yang sanggup kau buramkan
Tanpa menggali dan aku hanya memperkaya gemingpun
Kudengar kau mencintaiku

Kau terus mengayunkan kaki
Beradu cepat dengan tiga jarum dalam lingkaran
Pemandangan diriku dalam benakmu berganti melingkar
Limit terbuang, apapun tersiar

Percuma…
Biar retak remuk segala yang kau punya dengan paksa
Rautku tetap lukisan terindah untuk malammu
Kau terlalu berharga untuk membunuh diri
Bukankah ada gunanya kau mencariku?
Semburkan semua echo dalam hatimu
Cukup tinggikan kejujuran
Karena aku takkan membuatmu kecewa…
_
Newer Posts Older Posts Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger