Wednesday 17 April 2013

After This, What is Next? Catatan di Sela Post-Pro Pembuatan Teaser Dokumenter 'Pasukan Ramang'

Dalam minggu ini, editor dan pengarah sinematografi 'Pasukan Ramang' wajib menyelesaikan sample color grading untuk launching teaser 30 detik 'Pasukan Ramang'. Rencananya, tim produksi merilis satu teaser 30 detik tiap pekan menjelang launching teaser 2 menitnya. Sementara itu, saya harus memimpikan color dan mood seperti apa yang tepat untuk karya audio-visual berdurasi minim ini. Kalau saja saya sudah terbiasa dan memiliki ilmu yang lebih dari sekarang, saya tak perlu memikirkannya selama berhari-hari. 

Saya sadar, sejak pertama kali produser Ichwan Persada menemui saya selalu ketua formal komunitas Findie Makassar, project ini akan menjadi project film layar lebar pertama kami. Merasa ambisius, bolehlah di kata saya begini- saya menerima tawaran itu dengan membaca skill tiap tim Findie yang sepanjang dua tahun ini mengalami perkembangan average. Just nothing to lose. Kesempatan datang kepada kita karena memang sudah digariskan. Lalu takdir berkata, 'saatnya kalian di-upgrade'. Maybe, inilah jalannya. Ya, dengan ada tanggung jawab seperti ini, tentu tiap kami akan belajar lebih banyak. Terus, tanpa henti. Karen kami percaya bahwa filmmaking bukan sekedar tren, gaya hidup, atau penguat eksistensi. Film adalah ilmu pengetahuan dan kamu tentu takkan sanggup menghitung seberapa luas jangankuan jenis karya seni ini. 

Waktu syuting kemarin, saya sudah berpikir bahwa inilah dunia utama saya kelak, bersanding dengan kesusasteraan yang saya tekuni sejak kecil dari bacaan-bacaan kreatif yang saya temukan diam-diam. Menggeluti filmmaking pun sebenarnya saya diam-diam. Hanya mama saya yang tahu, keluarga lainnya ya.... tidak ada yang tahu. hehehe

.........................sudah mi deh. datang mi yang kutunggu. nantipi lagi...

Tuesday 16 April 2013

2 Hari Untuk 2 Menit : Kisah Dibalik Pembuatan Teaser Dokumenter “Pasukan Ramang”


FC Junior Sumpang Binangae, Barru (foto: @aiwajdi)


Jam 3 dini hari. Mobil Grand Livina hitam melaju di tengah jalanan lengang dari Makassar menuju Barru. Meski sudah menjelang subuh, namun 8 penumpang di dalamnya (termasuk supir) masih sesekali bercanda. Tak tampak rasa kantuk di antara mereka. Di tengah kerjaan itu, tiba-tiba seekor kucing melintas. Dan walau melaju dalam kecepatan normal, “kecelakaan” itu tak terhindarkan. Salah satu penumpang, Eki, memutuskan untuk turun dari mobil dan mengecek kondisi kucing yang tertabrak itu. Nafasnya masih terlihat naik turun dan diputuskan untuk menaikkannya ke mobil sembari mencari tempat yang tepat untuk menguburkannya jika memang usianya berhenti di dinihari itu.

“Kaget juga karena baru akan memulai sesuatu ternyata harus menghadapi musibah itu. Takutnya jadi pertanda buruk. Tapi karena niat baik dan kami pun tak meninggalkan kucing itu terkapar di tengah jalan, Alhamdulillah syuting teaser di Barru berjalan lancar, “ jelas Eki yang diserahi tanggung jawab membesut teaser film dokumenter panjang tentang Ramang, salah satu legenda sepakbola Indonesia paling hebat yang pernah ada.

Rezkiyah Saleh, nama lengkap Eki, perempuan yang aktif dalam berbagai kegiatan seni di skena Makassar itu tak pernah menyangka akan dibebani tanggung jawab seberat itu. Ia sadar betul bahwa teaser dokumenter ini tak seperti film pendek yang biasa dikerjakannya. “Dari awal Kak Ichwan (Persada– produsernya – red) sudah mengisyaratkan bahwa film dokumenter ini akan jadi produk nasional. Bahkan tak menutup kemungkinan menjelajah ke festival luar negeri. Dan teaser ini jadi perkenalan awalnya. Jujur saja, saya agak gugup tapi Kak Ichwan tak pernah berhenti memberi semangat, “ tambahnya.

Pasukan Ramang bermula dari keprihatinan. Ketika pada 26 September tahun lalu saat peringatan 25 tahun meninggalnya Ramang dan tak ada media lokal yang mengingatnya. Hingga FIFA menurunkan artikel panjang tentang legenda sepakbola itu dan buru-buru lantas dikutip oleh media lokal. Ichwan Persada tak akan pernah lupa momen itu. “Jujur saja, saya tak terlalu menyukai sepakbola, tapi momen itu menyadarkan saya untuk berbuat sesuatu. Dan teman-teman di Findie Makassar menyambut baik niat itu. Padahal waktu itu saya bahkan tak punya ide bakal dapat uang darimana untuk membiayai proyek ini. Tapi niat baik memang selalu ada jalannya, “ jelas produser film dokumenter Cerita Dari Tapal Batas itu tersenyum.

Hanya perlu 3 bulan hingga akhirnya terkumpul sejumlah biaya untuk mendanai pembuatan teaser berdurasi 2 menit. Teaser yang diniatkan sebagai alat untuk menggerakkan hati lebih banyak orang untuk mendukung proyek film dokumenter Pasukan Ramang. Ichwan dibantu oleh Firman Baso, Mohammad Machsan dan M Ruslailang Noertika sebagai Co-Executive Producer. Dan Ichwan tak tanggung-tanggung mempersiapkan teaser ini. Keseriusannya sama seperti ketika ia menggarap film layar lebar. Bedanya di sini ia bekerjasama dengan 100% tenaga lokal dari Makassar. Tentu saja ada perbedaan pola pikir dan sistem kerja.

Eki mengingat betul bagaimana teaser ini menyiapkan produksinya. “Kak Ichwan meminta paling tidak ada workshop 2-3 hari sebelum syuting, sehingga semua hal bisa dicek secara matang. Dan dia juga menuntut saya sebagai sutradara dan Andi Mattuju sebagai pengarah sinematografi untuk menyiapkan presentasi secara lengkap, sehingga semua tim tahu apa yang kami lakukan di proyek ini, “ katanya. Dan di depan seluruh tim saat workshop, Eki mengaku bahwa ini pertama kalinya ia melalui proses produksi seperti ini. “Biasanya kan maunya buru-buru syuting, padahal belum matang betul. Namun disini Kak Ichwan ingin kami semua melalui proses kerja yang semestinya.”

 Eki (sutradara) mengarahkan Iko (Foto : Ai Wajdi)


Keseriusan menyiapkan teaser ini juga terlihat dari bagaimana akhirnya diputuskan untuk menggunakan 3 kamera sekaligus : Canon 5D, 60D dan 550D. Andi Mattuju dibantu oleh Adhar Mattuju dan Saddam Syukri di departemen kamera. Yang awalnya mengagetkan hampir seluruh tim adalah ketika tahu bahwa syuting selama 2 hari itu hanya akan terwujud menjadi teaser berdurasi 2 menit. Andi yang sekaligus juga menjadi salah satu Co-Executive Producer Pasukan Ramang bisa memahami hal itu. “Semuanya kan demi kesempurnaan. Kak Ichwan meminta stock shot sebanyak mungkin sehingga teaser-nya akan terasa dinamis. Dan saya bersama teman-teman memang mengambil ratusan stock shot termasuk detil-detil gambar yang akan memperkaya susunan gambar di teaser nantinya, “ jelasnya.

Dan hari yang dinanti pun dimulai. Sabtu 13 April 2013, tim melaju ke Barru untuk mengambil gambar di Sumpang Binangae, kampung tempat Ramang menghabiskan masa kecilnya. Tim Pasukan Ramang terhitung cukup lengkap, mulai dari produser, sutradara, produser lini (Asnur SV, Restu Iman Bachtiar dan Nunuk Anwar), 3 orang penata sinematografi, perekam suara dan still fotografer (Farid Wajdi). Menurut Ichwan, tim ini terhitung cukup “mewah”. “Waktu bikin dokumenter Cerita Dari Tapal Batas, saya hanya berempat menjelajahi desa demi desa di penghujung Kalimantan. Tapi disini kami bisa syuting dengan formasi cukup lengkap, “ ujarnya.

Sesungguhnya hanya 3 adegan yang diambil di Barru namun ternyata membutuhkan waktu sehari penuh. Salah satu adegan melibatkan Bapak Arsyad, sahabat masa kecil Ramang. 2 adegan lainnya lah yang cukup merepotkan tim, karena melibatkan pertandingan sepakbola antara 2 kesebelasan anak-anak lokal. Di tengah terik matahari jam 2 siang, tim bekerja keras mengarahkan belasan pemain belia itu. “Kami baru menyadari bahwa mengambil adegan pertandingan sepakbola itu cukup sulit. Ini saja buat teaser 2 menit sudah setengah mati, bagaimana ya merekam adegan untuk film layar lebar?, “ kata Eki tertawa. Andi menimpali Eki dengan mengatakan bahwa untungnya anak-anak itu sangat kooperatif. “Mereka mau saja diminta berakting terjatuh menangkap bola, melakukan sliding dan tidak mengeluh. Jempol lah buat anak-anak Sumpang Binangae.”

Ichwan juga mengingat pengalaman lucu saat syuting di Barru. “Anak-anak itu sempat terlihat lesu ketika kami mengatur mereka untuk bermain bola demi kepentingan pengadeganan. Dan mereka bermohon-mohon agar diperbolehkan bermain sepakbola dengan bebas. Padahal sebenarnya kita memang sudah menyiapkan waktu untuk itu kok buat mereka yang juga sekaligus direkam. Dan mereka hebat-hebat ketika bermain sungguhan lho, “ paparnya.

Dan kesulitan mengarahkan pesepakbola anak-anak di Barru jadi pengalaman buat keesokan harinya ketika tim menjalani syuting hari ke-2 di Karebosi pada Minggu, 14 April 2013. Tim bisa lebih kompak dan lebih efektif bekerja. “Saya, Adhar dan Saddam sudah lebih antisipatif di Karebosi. Karena di sini cukup banyak adegan yang harus direkam. Jadi kami harus pintar-pintar mengarahkan anak-anak ini untuk bermain bola sesuai tuntutan adegan,“ kata Andi. Di lapangan Karebosi, Makassar, tak hanya merekam adegan pertandingan sepakbola, namun juga melibatkan sejumlah supporter dari PSM, Manchester United, Real Madrid dan Interisti Makassar. Juga beberapa narasumber seperti Diza Rasyid Ali (Direktur Makassar Football School yang beberapa kali mengharumkan nama Indonesia di kancah pertandingan sepakbola internasional) dan Andi Muhammad Ikhlas alias Iko (lebih dikenal sebagai music director Radio Madama dan penggiat EO) yang mewakili anak muda pecinta sepakbola. Dari Karebosi tim melanjutkan syuting ke rumah Daeng Uki, dedengkot supporter PSM, di jalan Beruang. Sayangnya memang adegan yang melibatkan Bapak Anwar Ramang, putra Ramang, tak bisa dilakukan mengingat kondisinya yang masih terbaring sakit di RS Wahidin.

Andi Mattuju (pengarah sinematografi) mengecek gambar (Foto : Ai Wajdi)


             
Dan kerja keras selama 2 hari penuh pun akhirnya berakhir. Selanjutnya akan diolah oleh Ian Sakuragi sebagai penyunting gambar. Rekaman ratusan gambar bergerak selama 2 hari akan dipadatkan menjadi 2 menit saja. “Rencananya sebelum final teaser kami rilis, akan kami keluarkan terlebih dahulu sejumlah teaser berdurasi 30 detik. Sebenarnya ini soal strategi saja, terutama agar masyarakat Indonesia makin tahu dengan proyek ini, “ jelas Ichwan.

Direncanakan teaser ini akan diluncurkan secara serentak di beberapa kota, termasuk Jakarta dan Makassar. “Kemungkinan akan mengambil momentum Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei. Niatnya agar menjadi momentum bangkitnya kepedulian masyarakat akan sosok Ramang,“ tambah Ichwan.

Bagi tim teaser Pasukan Ramang, pengalaman terlibat di produksi ini menjadi pelajaran berharga. “Kami belajar mencoba menjalankan produksi dengan sistem kerja yang benar, dipersiapkan dengan baik, dan berharap semoga nanti hasilnya juga akan baik, “ jelas Eki dan Andi yang diamini rekan-rekannya yang lain.


2NE1 - It Hurts


suka lagu ini
suka musiknya
suka artwork gothic-loly yang gloomy, kesan 'cool', 'misery', dan black parade di video clipnya.

saya tidak demam k-pop. saya demam dengan girlband berkarakter ini.
2ne1 jauh dari kesan 'ucul dibuat-buat'
tiap personelnya berkarakter dan memiliki jiwa seni yang tinggi
bahkan mereka termasuk sekian dari daftar girlband besar yang ditiru" girlband lain di seluruh dunia
musik mereka kaya, karakter vokal kuat dan dewasa
dan tak perlu main 'keroyokan'.

special love to Sandara Park, 
aku dan dia sama" scorpion girl yang suka kucing loh (nda penting)
hahaha....





It Hurts (english translation)

You wear the shoes I gave you and walk along the streets with her
As if it were nothing, you kiss her
You spray the cologne I gave you and embrace her
You'll probably repeat those promises you made to me with her

It seems that we're already too late
Has our love already ended
Please at least say anything to me
We truly loved each other, can't turn back?

I'm the only one hurting tonight

Have you changed?
Am I no longer in your heart now?
When I, I think about you
It hurts, hurts, hurts so much

You look at my tears as if it were nothing
You continue to talk calmly again
You told me cruely that you couldn't deny
That you had absolutely no attachments or regrets

Are we already too late? Is our love over?
Even if it's a lie, please tell me it isn't so
I can do better now, though we can't meet again

I'm the only one in pain tonight

Have you changed?
Am I no longer in your heart now?
When I, I think about you
It hurts, hurts, hurts so much

You're no longer your old self
Because the you I loved
And the you now are so different
Are you that shocked?
I just stood and cried
Watching you become further away
No way, I can't recognize
You're not mine anymore

Did you have to change?
Can't you come back?
Did you really have to change?
Can't you come back?

Did you have to change?
Can't you come back?
Why did you have to change?
Can't you keep loving me?

Oh, is this the end?
Am I no longer in your heart now?
When I, I think about you
It hurts, hurts, hurts so much

It hurts, it hurts
It hurts, ït hurts


look at the opening lyrics! how deep they are. 

'The Message' dari Findie Makassar

poster The Message by @asnurSV
Menjelang dua tahun usianya, akhirnya Findie Makassar terasa cukup nyaman untuk memulai satu produksi film pendek. Tak banyak ekspektasi yang saya alamatkan dalam produksi kecil ini. Saya hanya ingin menjadikan Findie bukan semata komunitas haus eksistensi dan kemudian hari salah gaya karena kebanyakan ngomong tapi tak ada karya fisik. Lainnya, tim baru saya di Findie, boleh menyentuh prosedur produksi film semi-pro. 

Berangkat dari ide cerita @abeljam yang ia temukan saat kami masih sama-sama di management Rumah Ide Makassar. Ide cerita yang berhubungan dengan budaya Jepang itu kemudian dikembangkan menjadi cerita berdurasi 10 menit. Bersama-sama, kami berembuk, lalu saya tuangkan dalam skenario 3 lembar berjudul 'untitled origami'.

'anti-mainstrem' atau 'melawan pakem' sebenarnya tidak muncul di benak kami saat ingin produksi. Kami hanya menginginkan satu cerita utuh yang siap garap. Lalu skenario pun bercerita tentang seorang pemuda dari Jepang, datang ke satu kota yang asing baginya bermodalkan satu alamat yang diamanahkan ayahnya. Di tengah pencariannya, ia bertemu dengan kemagisan dan keajabian lain, semacam 'unexpected journey'. 

Film coba-coba ini didukung penuh oleh vokalis sekaligus aktor berbakat berakun twitter @artha_desu. Ia disandingkan dengan @arintontami, gadis cantik berdarah bali yang 'charming' banget di depan kamera.  Proses penggarapan, mulai dari pra hingga post produksi memakan waktu dua bulan dengan kerja santai yang boleh 'lari-lari'. Cara kerja Findie sengaja didesain dan dibiarkan sesantai mungkin demi mendapatkan jiwanya. Ya, saya tidak mau memaksa rekan-rekan saya untuk fokus pada satu hal lantaran kejar tayang atau apalah. Tiap-tiap mereka harus menemukan chemistry-nya sendiri. JIka ada yang ngadat, go away. Berarti dia terseleksi secara natural, oleh alam dan waktu. 

Findie bekerjasama dengan project scoring salah satu gitaris lokal, @asnurSV yang bernama The Eddington, Artha dan band britpop-nya @Tabasco_band dan studio rekaman @EB_Record yang bisa diadu kualitas mixingnya. Dua lagu scoring dan satu OST pun dikemas dalam film berdurasi tayang tepat 10 menit ini.

Sulit juga merekam gambar outdoor. Skenario menuntut kami harus mengambil gambar di tengah-tengah crowded, tak tanggung-tanggung, crowdednya adalah pasar sentral yang dipenuhi ribuan orang itu. Setiap harinya, kami berjibaku dengan beragam orang yang tidak terbiasa dengan kamera. Dengan kru minim, peralatan sederhana, dan skill filmmaking yang masih amatir, kami menyelesaikan scene demi scene di area pasar tersebut. Saya menyebut film ini agak ekstrim. Lokasi yang memenuhi skenario lainnya adalah hutan konservasi Bislap, Maros. 10 orang tim dan pemain The Message menelusuri bukit dan hutan sejauh kurang lebih 30km dari Makassar. Hutan tropis dialiri sungai yang pada saat itu cukup deras benar-benar menghabiskan tenaga kami. Tapi kami cukup puas dengan hasilnya.

Kami beruntung lolos seleksi #SuaraDariTimur hingga 'The Message' bisa premiere pada Pesta Film Nasional di @SAE_Institute Jakarta 30 Maret 2013 lalu. Film ini memperoleh respon yang baik dari para penontonnya di sana. Kami berharap, film ini segera menemukan waktu tepatnya untuk kamu nonton di Makassar.

cek out trailernya di sini http://www.youtube.com/watch?v=pcow-RjuySc














Newer Posts Older Posts Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger