Dear kamu,
Aku menulis ini ketika aku dan kamu masih sejalan, jauh sebelum perjalanan kita berakhir, tapi aku menulisnya masih dalam hati saat itu.
Kenapa? kamu bilang kenapa?
Semua karena aku tak pandai menyampaikannya ke kamu. Aku tahu, dari awal sebenarnya kamu tak ada rasa kan sama aku? Hanya rasa tak enak, bukan? tapi asal kamu tahu saja, aku pun awalnya tak ada rasa sama kamu, bisa dibilang sama sepertimu. Tapi aku mencoba untuk bisa menjalaninya denganmu, berharap perasaan itu ada hingga aku benar-benar merasakan perasaan 'sayang' padamu.
Hanya saja, aku rasa kamu tak sepertiku, kamu hanya berusaha menjalaninya, berusaha menumbuhkan perasaanmu tapi sepertinya susah buatmu. Aku bilang begini itu karena sikapmu yang cuek bebek itu.
Bagaimanapun perhatiannya aku ke kamu, tak sedikit melelehkan sikap cuekmu itu. Ini yang membuat hatiku bersikeras ingin memutuskanmu, bahkan mereka yang disekitarku pun menginginkannya. Tapi apa daya aku. Aku hanya seorang wanita yang mengagungkan perasaan, seorang wanita yang menjunjung tinggi kesetiaan dan seorang wanita yang 'memendam rasa'.
Yaa, aku tak mampu mengatakan 'putus" padamu'. Aku menunggu saat yang tepat, saat sebuah masalah muncul, dan itu masalahmu.
Apa? kamu dijodohkan?
hahaa, jaman sekarang, kamu itu laki-laki, tapi tak apalah, ini bisa jadi batu loncatan untuk mengakhiri hubungan kita. Kamu tahu saat itu butiran bening air mataku mengalir, tapi di sudut hatiku yang tak pernah ku indahkan, aku merasa lega, kita akan putus. Sampai kamu mengatakan tak bisa memilih antara aku dan keputusan orang tuamu, dalam hati aku berkata
'kita putus saja'
Okee, kamu bilang tak bisa melanjutkan, dan aku anggap itu putus. Aku menangis, tapi ada sedikit ruang di hatiku yang meneriakkan
'Aku bebas dari belenggu perasaan selama ini..!'
Ini kesalahanku, lidahku mungkin tak bisa mengatakan 'kita putus' tapi hatiku selalu meneriakkan itu. Oiya, anggap saja kamu tak pernah bilang 'tak bisa lagi melanjutkan hubungan ini', jadi melalui surat ini aku katakan
'Maaf, perjalananmu untuk menyayangiku sampai di sini saja, kita putus yaa'
Dan kamu yang sekarang, berbeda dengan yang aku kenal dulu. Semua berubah, bahkan apa yang pernah kamu katakan dulu padaku, tak seperti kenyataannya sekarang. Perkataanmu sulit dipercaya lagi.
Rasanya tak pantas lagi jari-jemari ini menari hanya untuk menuliskan segala tentangmu.
Aku dan kamu tak ditakdirkan. Dan aku berharap tak pernah ditakdirkan untukmu...
dari @abeladiesta
0 komentar:
Post a Comment