Thursday 31 January 2013

'nothing is real'



hai, kamu
senang bisa bersamamu,
rindu ketika kamu tak bersamaku,
kekuranganmu, keunikan yang belum pernah kumiliki sebelumnya 

surat putus dari @sandiardin


Wednesday 30 January 2013

Aku Ingin Memutuskanmu



foto oleh Andry69


Tahukah kamu bahkan kekuasaan pun berakhir?
Ah, kamu pasti sudah tahu
bukankah kamu yang paling perasa, menurutmu

Aku ingin memutuskanmu
bukan karena tidak suka caramu mengacuhkanku bila kamu berada di antara teman-teman sosialitamu

Aku ingin memutuskanmu
bukan karena kamu ngomel ketika aku lebih memilih begadang menunggu goyangan messi ketimbang meladeni teleponmu

Aku ingin memutuskanmu, bukan karena caramu mengangkat teleponku ketika aku tetiba merasa sunyi di antara bau hujan dan dingin tanpa pelukan

Aku ingin memutuskan kamu
bukan karena sudah puas menikmati tiap kecup dan lumat tubuhmu

Aku memutuskan kamu karena tiap kekuasaan itu berakhir
Begitulah kekuasaan atas hatiku

teruntuk seseorang, dari @priyantarno

Sunday 27 January 2013

The Odd Life of Timothy Green. Film Ini 'odd' Bagi Mereka yang Tidak 'Honoring God'

Judul The Odd Life of Timothy Green (2012) Sutradara Peter Hedges Penulis Naskah Peter Hedges, Ahmet Zappa 
Pemain Jennifer Garner, Joel Edgerton, CJ Adams

he's a force of nature

Kebanyakan film keluarga, karena mengedepankan pesan 'besar' bagi penontonnya, seringkali dibuat dengan cara yang sederhana. Tujuannya agar pesan 'besar' itu mudah ditangkap penonton, pencapaian teknis tinggi tidak begitu penting. Ini cara yang menurut saya pas untuk film keluarga yang tentu terdiri dari anak-anak, orang tua, remaja, dan kakek-nenek.

Saturday 26 January 2013

SEGERA DARI FINDIE!!


panduan bagi pecinta film dan filmmaker. nantikan di bulan februari!!

Friday 25 January 2013

'mencari keyakinan'

Semalaman saya sibuk mencari referensi tampakan buku yang bagus untuk project Findie Makassar dan seorang produser film nasional. Saya kemudian menyisir satu-persatu buku di rak perpustakaan sebuah studio arsitektur di daerah daya. Saya sengaja mengerjakan project ini di sini, karena dekat dengan stok buku.

Lalu saya menemukan buku tua, The Power of Water, ditulis oleh seorang profesor yang meneliti air dan kegunaannya sebagai obat alternatif, Masaru Emoto dari Jepang. Beberapa gambar molekul dari berjenis-jenis air ditampilkan dalamnya.  Saya jadi teringat gambar molekul air zam-zam, air yang suci dan mensucikan dalam Islam. Air yang sumbernya tidak pernah berhenti mengeluarkan air sejak zaman nabi Ismail as. Gambar molekul itu yang jadi latar blog ini sekarang. 

Entahlah bagaimana alurnya, ketika browsing gambar saya diarahkan ke blog bernama kristenpenghujat.blogspot.com dan menemukan artikel '20 Kelemahan Yesus, Merupakan Bukti Konkrit Yesus Bukan Tuhan.' Saya menemukan penggalan berikut; 

Jika Yesus adalah Tuhan oleh karena ia lahir tanpa ayah, mengapa Adam yang lahir ke dunia tanpa ayah dan ibu tidak menjadi Tuhan? 
ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu (Adam) dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. (Kejadian 2:7) 
Sebelumnya, saya mohon maaf kepada penganut agama lain, khususnya Kristen yang saya bahas di sini. Saya sama sekali tidak sedang menghujat. Saya hanya mengingat kembali, muasal saya 'menemukan agama'. 

Saya lahir dan besar di keluarga islam NU. Ayah saya pensiunan guru bahasa Arab, pengajar ilmu tafsir, dan (dulunya) imam masjid. Sekarang ayah saya aktif mengurus salah satu mesjid besar di daerah Kerung-kerung, Makassar. Saya dibesarkan dengan ajaran islam murni bersumber dari Al-Qur-an dan Al-Hadist. Sejak lahir, saya telah diajarkan mengenakan hijab dan saya bersekolah di sekolah berkurikulum islam selama 12 tahun.  
Singkat cerita, saya telah dibekali pengetahuan dan akhlak islam yang baik. Bahkan saya pernah menjuarai lomba tadarrus se-kelurahan waktu Tsanawiyah. Namun, semua bekal pengetahuan itu tidak membawa saya pada 'karakter muslimah yang diharapkan ayah saya'. Beliau ingin saya menjadi panutan bagi sesama muslimah dengan terus mengenakan jilbab dan menghindari banyak batasan. Maksud saya, saya harus menjaga diri dari... misalnya, contoh paling kecil, berada di lingkungan pemabuk.

Tapi, kemudian hari saya malah berubah bentuk seperti sekarang. Saya tidak lagi mengenakan hijab (kecuali di acara-acara keluarga), saya bergaul kepada semua golongan manusia dan agama, saya melakukan banyak hal yang selalu dipantangkan ayah saya.
Dari sini, saya terus bertanya-tanya. Sudah benarkah ajaran islam menurut ayah saya itu? Benarkah saya harus menghindari kawan yang pemabuk, padahal islam mengajarkan hablu minannas? Di awal mula perkuliahan, saya memutuskan 'mencari keyakinan' dengan memosisikan diri sebagai 'orang yang belum beragama'. Maka saya mempelajari banyak agama. Salah satunya Kristen.
Waktu itu, saya sering membaca Injil, bertanya kepada teman-teman kristiani saya. Saya juga sempat menawarkan diri diajak ke gereja. Lalu saya mempelajari Hindu & Budha, serta beberapa agama lokal. Ini berlangsung setahun. Kemudian saya mulai membandingkan agama satu dan lainnya.
Hingga pada awal tahun 2010, saya mengulang lagi pelajaran tentang islam. Saya mempertanyakan banyak hal, membandingkan banyak hal, berfilsafat dengan diri sendiri, sampai menemukan titik mula kehidupan saya: islam. Dan penggalan di atas adalah benar satu yang membuat saya mantap dengan agama islam. Meski kini tampakan saya 'tidak seislami dulu'.
 
 

Tuesday 22 January 2013

Seeking a Friend For The End of The World: Bagusnya Ini Bukan Black Comedy, piuufft!



Judul Film : Seeking a Friend for The End of The World
Sutradara : Lorena Scafaria
Penulis Naskah : Lorena Scafaria
Pemain : Steve Carell, Keira Knightley,

Saturday 19 January 2013

Waktu Aku Sama MIKA


Judul Film          : Mika
Sutradara            : Lasja Fauzia Susatyo
Penulis Naskah   : Indra Herlambang
Produser              : Adiyanto Sumarjono
Pemain                : Vino G. Bastian, Velove Vexia, Donna Harun, George Timothy
Produksi             : PT. Investasi Film Indonesia, First Media Production
                             (rilis 17 Januari 2013)


Satu lagi film anak bangsa bertema sosial, Mika. Kisahnya memang masih mengkuti pakem cerita ‘orang sakit dan lingkungan sosialnya’, namun Mika punya jualan sendiri, romantisme. 

Dikisahkan Mika (Vino G. Bastian) yang ODHA (orang dengan HIV/AIDS) bepacaran dengan Indi (Velove Vexia). Indi sosok yang kurang percaya diri karena harus menggunakan brace untuk menyembuhkan Scoliosis pada tulang punggungnya. Indi bertemu Mika sebelum ia masuk sekolah menengah atas. Kehadiran Mika membuatnya memiliki semangat hidup dan percaya diri. 

Biasanya, orang awam akan menghindar jika tahu temannya seorang ODHA, namun Indi sama sekali tidak merasakan perbedaan diri Mika, selain sebagai cowok tampan (walaupun agak seram dengan tatonya), baik hati, dan seru. Dari Mika, Indi belajar semangat hidup. Namun, ya kisah cinta keduanya mulai kandas setelah orang-orang di sekitar Indi tahu bahwa Mika mengidap HIV/AIDS.

Lama tak terdengar kabarnya, Velove muncul sebagai gadis manis, manja, namun berjiwa sosial tinggi di film ini. Tak hanya sebagai pemian, Velove juga terjun langsung sebagai executive produser. Akting Velove tergolong beda dari peran tomboy yang biasa dilakoninya. Peran sebagai Indi membuat Velove yang biasanya lincah jadi kalem, bahkan diceritakan untuk berlaripun Velove tidak diijinkan oleh dokter.

Apa lagi yang membuat Mika jadi romantis? Vino G. Bastian! Aktor yang terkenal dengan karakter bad boy tapi romantis ini, tampak semakin romantis dan kiut disandingkan dengan Velove. Mika mencuri mawar di kafe untuk Indi, mengirim novel Peter Pan, dan menggendong Indi agar ia bisa ikut mata pelajaran olah raga adalah beberapa adegan yang akan membuat para gadis semakin mengidolakan sosok Vino.

Di balik semua romantisme remaja yang disajikan dalam warna soft di sini, Mika adalah kampanye sosial. Mika mengajak semua orang untuk peduli dan tidak menarik diri dari ODHA. Dalam beberapa adegan, Indra Herlambang  menyisipkan hal-hal yang perlu dilakukan dalam bersosialisasi dengan penderita ODHA, tanpa perlu takut tertular. 

Sayangnya, Mika agaknya kurang di beberapa hal. Utmanya di scene-scene pembuka sebagai drama tiga babak dan ada beberapa dialog yang lemah. Pula masih butuh tambah adegan menyentuh demi mendukung misi sosial cerita. Namun, jangan perhatikan kekurangan ini, fokuslah pada usaha Indi mempertahankan perasaan, niat, semangat hidup, dan keyakinannya pada Mika yang sebentar lagi meninggal.

Film besutan Lasja F Susatyo ini terinspirasi dari 2 novel autobiografi dari Indy Sugar Taufik, berjudul Waktu Aku Sama Mika dan Hidup itu Sempurna. Dituntun narasi tuturan Indi, kita diajak berpetualang dalam kehidupan indah seorang penderita AIDS. Dan drama romantis ini ditutup scene bernada surealis yang tak terduga!!

Thursday 17 January 2013

Jakarta Hati




Judul Film         : Jakarta Hati
Sutradara          : Salman Aristo
Penulis Naskah : Salman Aristo
Produser            : Lavesh M Samtani, Manoj K Samtani
Pemain               : Slamet Rahardjo, Andhika Pratama, Roy Marten, Dwi Sasono, Agni Pratistha,   
                          Dion Wiyoko, Shahnaz Haque, Framly Nainggolan, Surya Saputra, Asmirandah
Produksi            : 13 Enterainmenet (rilis 8 November 2012)




Film Indonesia 2012 diramaikan bentuk segar untuk film cerita, omnibus. Salman Aristo, setelah debut sutradaranya di ‘Jakarta Maghrib’, kini menggarap omnibus keduanya, ‘Jakarta Hati’. Film ini mengisahkan enam cerita yang dihubungkan waktu selama 24 jam. Tiap cerita menggambarkan kegelisahan orang-orang di Jakarta, jantung Indonesia. 

Orang lain. Menceritakan pertemuan seorang perempuan dan seorang laki-laki. Kekasih mereka saling berselingkuh. Dua korban cinta ini menghabiskan malam bersama, membicarakan siapa dan apa yang salah dalam hubungan mereka masing-masing. Namun apakah keduanya takkan berbuat kesalahan juga?

Masih Ada. Seorang anggota dewan terpaksa menggunakan angkutan umum dan bersentuhan dengan masyarakat langsung  lantaran mobilnya rusak. Ia sedang dalam perjalanan mengurus perkara korupsi yang melibatkan dirinya. 

Kabar Baik. Bagaimana jadinya jika seorang polisi jujur dan profesional harus menahan ayahnya sendiri yang telah meninggalkan keluarga mereka selama lima tahun?

Dalam Gelap. Pasangan suami istri yang terpaksa terlibat pembicaraan serius soal rumah tangga mereka yang berantakan saat pemadaman listrik bergilir di Jakarta. Dalam gelap, semua yang disembunyikan saat terangpun terungkap.

Hadiah. Seorang penulis skenario dihadapkan pada pilihan ‘mempertahankan idealisme’ dan ‘mencari nafkah’. Solusi untuknya justru datang dari ketulusan anak yang masih duduk di sekolah dasar.

Darling Fatimah. Kisah cinta manis antara janda keturunan Pakistan dan pemuda Tionghoa di pasar pagi Jakarta. Dalam dialog yang terdengar kasar, sebenarnya mereka sedang mencari solusi cinta.
***

Karya omnibus kedua dengan sentuhan menawan. Beginilah kesan pertama setelah menonton omnibus ini. Nyaris tidak ada cacat dalam setiap ceritanya. Walau semua cerita diberi akhir menggantung, penonton  tetap mendapatkan maksud cerita. Sebuah jaminan yang pasti dari seorang penulis skenario serapi Salman aristo. Melalui dialog cerdas, kritis, dan adegan-adegan pas, permasalah kota Jakarta seperti perselingkuhan, masalah moral, korupsi, idealisme, masalah ekonomi, dan sosial budaya dipaparkan dengan renyah tapi cerdas. Film ini pun didukung sederet pemain bintang berkualitas yang membuat maknanya tidak ‘gagal sampai’.

Secara tematik dan gaya, omnibus ini tergolong berat. Konflik yang diangkat sangat sensitif. Penonton diajak berfikir keras memahami maksud sebuah cerita yang implisit. Di beberapa cerita, misalnya di ‘Dalam Gelap’, kamera stuck di satu sisi, terus menyorot adegan sepasang suami istri di dalam kamar. Percakapan keduanya serius dan berat. Adegan seperti ini bisa jadi membosankan. Namun dialog yang sengaja disusun ‘menegangkan’ dan tambahan detail –misalnya properti atau kostum- membuat penonton membetahkan diri, menanti akhir cerita akan jadi seperti apa.

Lewat enam cerita yang direalisasikan duet produser Lavesh M dan Manoj K Samtani ini, rakyat ibukota dan penduduk lainnya di kota besar diajak bercermin, kalau-kalau sempat menghadapi problema serupa, selesaikanlah dengan hati.

Serial Cewek-cewek Pelpek: #Ampat: The Beach, Bukan Sembarang Acara Jalan-jalan





Pada malam minggu, Eya dan Eno tidak ikut ayahnya ke kota, secara mereka lahir dan besar di tengah kota metropolitan bernama Makassar. Karena delman sudah sangat sulit ditemukan, maka mereka berdua selalu menghabiskan malam dengan naik sepeda motor keliling kota dan menjalankan hobi mengamati ciptaan Tuhan. Ini bukanlah nasib yang harus ditanggung oleh dua remaja jomblo kita, melainkan suatu kesyukuran telah cukup jauh dari pergaulan bebas yang nggak ada untung-untungnya itu.

Rute mereka hari ini adalah turut meramaikan acara antri di pompa bensin. Mereka berdua ikut ngantri di pompa bensin sekitar lima belas menit,

“Brapa , Mba?” 

“Sapa yang mo beli bensin? Orang cuma mo tukar uang kecil, ada nggak?” jawab Eya enteng. Tanduk si pegawai pertamina keluar perlahan tapi pasti.

Menurut cerita teman-teman sekelas mereka, jalan Mannuruki yang dipenuhi tempat kos itu paling rame kalo malam minggu. Maka dari itu, mereka  memutuskan untuk ikut serta. Sekedar ikutan bunyiin klakson pas lagi macet-macetnya atau ngomelin pemilik mobil pribadi yang parkir di jalanan. 

Secara udah hapal jalan itu sampai ke gang terkecil, sekali belok di lorong mereka langsung sampai di jalan aman bebas macet dan kabur ke warung coto Makassar. Di sini, entah jago atau selera pelayannya terhadap cewek emang cemen banget, Eya selalu berhasil membuat mereka geer dengan pura-pura ketawa sambil ngeliatin mereka ngelayani tamu. Padahal nih Eya sama Eno  lagi ketawain resleting mereka yang buka toko.

Perut udah terisi penuh oleh daging, hati, dan limpa kuda. Mereka melanjutkan perjalanan menuju pantai. Ada satu kejutan yang dibawa Eya hari ini. Ya…jika ditilik-tilik itu bukanlah hal yang menggemparkan dunia persilatan atau dunia perjilatan. Justru merupakan pertanda buruk bagi kemajuan tanah air Indonesia tercinta. Udara di Indonesia nggak tercinta. Eya membawa hape baru dan ada mp3 playernya. 

Dengan dodolnya, kayak manusia dari jaman batu kapur, Eno meloncat-loncat kegirangan ngeliat gadget mulai ketinggalan jaman yang dipamerin Eya.

“Gila, nyolong dimana kamu?”
“Ini itu punya kakakku,”
“Kakak kamu kan pelit, kok bisa?”
“Aku bilang pulangnya nanti kuisiin pulsa,”

Eno masang ekspresi anak teka liat perosotan, ngacak-ngacak hape itu sampai nggak tahu kalo lagi nekan tombol switch off. Perlahan layar hape itu memudar lalu tak ada cahaya sedikitpun. Keduanya pun panik setengah mati. Mereka keliling-keliling pantai, berlarian kesana kemari kayak ekor mereka udah pada kebakar. Eno dan Eya tak banyak tahu soal produk teknologi.

“Bagaimana kalo kita minta bantuan orang?”
Baru ngomong gitu, seorang anak kecil, kira-kira masih teka nol kecil menghampirinya. Ia tersenyum, mamerin gigi ompong tiga sambil megang gulali pink.

“Kakak beldua tenapa?” (artinya: lo pada kenapa?)
“Enggak kok. Kita lagi pusing sama hape ini,” Eno pun menunjukkan hape itu.
“Lusak?” (artinya: rusak ya?)
“Gini, tadi kakak nggak sengaja ngacak-ngacakin tombolnya trus langsung koit gitu,”
“Alah, kakak beldua ini bedo amat. Ini tindal didiniin kan lantung nala. Tuh belsinal ladi, buni ladi…tenonenot…tenonenonet…” (artinya: tuh hape nyala lagi).
“Eh, iya. Ade pintal!!!”
“Bukan pintal, tapi pintar. Kakak bedo!”
“Bukan bedo, tapi bego!”
“Iya, saya tau. Sok tua kakak ini,”
Rambut Eno seketika berdiri semua kayak tentara mau perang. Dia udah bersiap-siap mau ngejitak kepala tuh anak ompong tiga biar tau rasa. Eya mencegahnya,
“Eh, anak kayak gini belum punya dosa. Kualat kamu,”
“Jadi yang tadi itu bukan dosa?”
“Nggak sukur kamu udah ditolongin,”
Eya menghampiri anak kecil itu, “Gini sebagai ucapan terima kasih, kakak mau beliin kamu sesuatu. Apa aja,”
“Beneran ni apa aja?” (artinya: dia ngeyakinin Eya)
Eya tersenyum manis, “Ade kecil mau apa?”
“Saya mau mobil,” (artinya: udah jelas tuh. Bedo amat sih lo)
“Mobil-mobilan, ntar ya kakak beliin di depan sana,”
“Bukan mobil-mobilan. Tapi mobil benaran kayak yang diparkiran itu,”

Eya juga langsung kesal ngedengar nih anak ompong tiga permintaannya ga masuk di akal. Minta mobil sama dua orang yang berencana jual harga diri buat dapetin mobil. Apalagi cuma buat imbalan atas menghidupkan kembali hape kamera butut jelek itu. 

“Hmm….ade ompong minta yang lain aja…”
“Pokoknya mau mobil. Kalo nggak ini hape dimatiin lagi..”
“Matiin coba kalo berani!”

Tuh anak kecil beneran switch off-in hapenya lagi.

Setelah ngerampas hapenya dari tangan anak itu, dengan tanpa pertimbangan matang, (emang Eya nggak pernah pake timbangan kalo mau bertindak, kecuali pada hari minggu waktu bantuin ibunya jual bawang kiloan di pasar), dia langsung ngasih hadiah anak itu dengan tiga kali jitakan di ubun-ubunnya. Sontak tuh anak kecil ompong tiga nangis nggak ketulungan.
Sedikitnya dua orang kesedak pisang epek dan lima orang nggak jadi ciuman gara-gara tangisan falsetnya yang bikin sakit kuping. Sambil nangis anak itu berlari ke arah ibunya yang lagi jualan minuman. Eya dan Eno lari terbirit-birit ke arah anjungan.
Hampir saja acara malam minggu dua cewek jomblo bahagia terusik oleh ulah anak kecil sok lugu. Mereka pun melanjutkan recana paling jail mereka sebelum malam semakin larut.

Daftar acara malam mingguan:
-  Baca koran. Salah satu hal yang paling disukai Eya. Caranya: beli koran sore harga seribu di lampu merah dari anak kecil sumbing. Kemudian bawa korannya ke anjungan. Bacalah dengan suara keras sambil kaki diselonjorin ke atas.
“Berita hari ini, eh sore ini. Menurut badan meteorologi dan geofisika, daerah selat Makassar mulai terancam gempa dan mungkin saja menciptakan tsunami terbesar kedua di Indonesia…hasil penelitian ini adalah yang terbaru…”

Setelah itu, perhatikan sekeliling. Jika ada pasangan yang nggak jadi ciuman, itu berarti mereka takut kena adzab.

-  Jadi pengamen. Tenang dulu para hadirin, ini emang kerjaan Eno dan Eya di hari libur. Jangan salah, suara mereka bisa diadu sama kwek-kweknya bebek atau burung beo kejepit kandang sendiri. Buat ngamen nggak butuh gitar, sasando, atau suling. Harmonika dan gerincingan udah jadi modal gede.

Daftar lagu malam ini: potong bebek angsa, balonku ada lima, Indonesia Tanah Airku, SMS, dan Bila Waktu t’lah berakhir. Simaklah penampilan mereka berdua!

Potong bebek angsa…angsa dikadalin…
Nona minta dansa….dansa aja n’diri…
Sorong ke kiri…sorong ke kanan…
Ya…seribu aja ongkos parkirnya….

Slamat malam ibu-ibu, bapak-bapak, nenek-nenek, para selingkuhan dan pedagang harga diri…nikmati lagu kedua kami…

Balonku ada lima..
Rupa-rupa warnanya…
Ijo kuning lango-lango[1] merah muda dan biru
Ikh…ikh…ikh… (ada suara Mulan Jamidong pada akhir lagu)

Indonesia tanah air beeetaa
Pusakaa aabadi naan jaaayaa
Indoneesia sejaak dulu kaalaaa
S’lalu nyiksa-nyiksa bangsaaa
Eee…bang sms siapa ini bang
Bang pesannya pake tolong-tolong…
Bang bang tut
Ada yang kentut
(preettt) ringtone  hape siapa tuh?

Untuk terakhir para hadirin yang selalu setia ngedengerin atau emang terpaksa, kita punya lagu yang beneran serius karya Opick, Bila Waktu T’lah Berakhir.

Bila waktu t’lah berakhir..
(Eya bunyiin harmonikanya puaanjang banget. Eno b’renti bunyiin gerincingan. Ia berdiri gaya istirahat di tempat kayak hadirin pemakaman jendral). Dengan lirik religius dan teknik menyanyi seriosa Eya melanjutkan lagunya..

Bila waktu t’lah berakhir, bayar donk !!!

-  Duduk sambil mancing dan makan berondong manis.
-  Uto-uto (baca foto-foto) di bawah pohon kelapa.

Tapi sayang seribu sayang, acara ketiga dan keempat tidak jadi dilaksanakan karena petugas trantib keburu mengusir mereka atas tuduhan mengganggu kenyamanan, keamanan, dan kesejahteran pengunjung.

Newer Posts Older Posts Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger