Thursday 31 January 2013
Wednesday 30 January 2013
Aku Ingin Memutuskanmu
Diposkan oleh
Rezkiyah Saleh Tjako
di
22:50
foto oleh Andry69 |
Tahukah kamu bahkan kekuasaan pun berakhir?
Ah, kamu pasti sudah tahu
bukankah kamu yang paling perasa, menurutmu
Aku ingin memutuskanmu
bukan karena tidak suka caramu mengacuhkanku bila kamu berada di antara teman-teman sosialitamu
Ah, kamu pasti sudah tahu
bukankah kamu yang paling perasa, menurutmu
Aku ingin memutuskanmu
bukan karena tidak suka caramu mengacuhkanku bila kamu berada di antara teman-teman sosialitamu
Aku ingin memutuskanmu
bukan karena kamu ngomel ketika aku lebih memilih begadang menunggu goyangan messi ketimbang meladeni teleponmu
Aku ingin memutuskanmu, bukan karena caramu mengangkat teleponku ketika aku tetiba merasa sunyi di antara bau hujan dan dingin tanpa pelukan
Aku ingin memutuskan kamu
bukan karena sudah puas menikmati tiap kecup dan lumat tubuhmu
Aku memutuskan kamu karena tiap kekuasaan itu berakhir
Begitulah kekuasaan atas hatiku
bukan karena sudah puas menikmati tiap kecup dan lumat tubuhmu
Aku memutuskan kamu karena tiap kekuasaan itu berakhir
Begitulah kekuasaan atas hatiku
teruntuk seseorang, dari @priyantarno
Sunday 27 January 2013
The Odd Life of Timothy Green. Film Ini 'odd' Bagi Mereka yang Tidak 'Honoring God'
Diposkan oleh
Rezkiyah Saleh Tjako
di
14:36
Judul The Odd Life of Timothy Green (2012) Sutradara Peter Hedges Penulis Naskah Peter Hedges, Ahmet Zappa
Pemain Jennifer Garner, Joel Edgerton, CJ Adams
Kebanyakan film keluarga, karena mengedepankan pesan 'besar' bagi penontonnya, seringkali dibuat dengan cara yang sederhana. Tujuannya agar pesan 'besar' itu mudah ditangkap penonton, pencapaian teknis tinggi tidak begitu penting. Ini cara yang menurut saya pas untuk film keluarga yang tentu terdiri dari anak-anak, orang tua, remaja, dan kakek-nenek.
Pemain Jennifer Garner, Joel Edgerton, CJ Adams
he's a force of nature |
Kebanyakan film keluarga, karena mengedepankan pesan 'besar' bagi penontonnya, seringkali dibuat dengan cara yang sederhana. Tujuannya agar pesan 'besar' itu mudah ditangkap penonton, pencapaian teknis tinggi tidak begitu penting. Ini cara yang menurut saya pas untuk film keluarga yang tentu terdiri dari anak-anak, orang tua, remaja, dan kakek-nenek.
Saturday 26 January 2013
Friday 25 January 2013
'mencari keyakinan'
Diposkan oleh
Rezkiyah Saleh Tjako
di
13:41
Semalaman saya sibuk mencari referensi tampakan buku yang bagus untuk project Findie Makassar dan seorang produser film nasional. Saya kemudian menyisir satu-persatu buku di rak perpustakaan sebuah studio arsitektur di daerah daya. Saya sengaja mengerjakan project ini di sini, karena dekat dengan stok buku.
Lalu saya menemukan buku tua, The Power of Water, ditulis oleh seorang profesor yang meneliti air dan kegunaannya sebagai obat alternatif, Masaru Emoto dari Jepang. Beberapa gambar molekul dari berjenis-jenis air ditampilkan dalamnya. Saya jadi teringat gambar molekul air zam-zam, air yang suci dan mensucikan dalam Islam. Air yang sumbernya tidak pernah berhenti mengeluarkan air sejak zaman nabi Ismail as. Gambar molekul itu yang jadi latar blog ini sekarang.
Lalu saya menemukan buku tua, The Power of Water, ditulis oleh seorang profesor yang meneliti air dan kegunaannya sebagai obat alternatif, Masaru Emoto dari Jepang. Beberapa gambar molekul dari berjenis-jenis air ditampilkan dalamnya. Saya jadi teringat gambar molekul air zam-zam, air yang suci dan mensucikan dalam Islam. Air yang sumbernya tidak pernah berhenti mengeluarkan air sejak zaman nabi Ismail as. Gambar molekul itu yang jadi latar blog ini sekarang.
Entahlah bagaimana alurnya, ketika browsing gambar saya diarahkan ke blog bernama kristenpenghujat.blogspot.com dan menemukan artikel '20 Kelemahan Yesus, Merupakan Bukti Konkrit Yesus Bukan Tuhan.' Saya menemukan penggalan berikut;
Jika Yesus adalah Tuhan oleh karena ia lahir tanpa ayah, mengapa Adam yang lahir ke dunia tanpa ayah dan ibu tidak menjadi Tuhan?
ketika
itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu (Adam) dari debu tanah dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu
menjadi makhluk yang hidup. (Kejadian 2:7)
Sebelumnya, saya mohon maaf kepada penganut agama lain, khususnya Kristen yang saya bahas di sini. Saya sama sekali tidak sedang menghujat. Saya hanya mengingat kembali, muasal saya 'menemukan agama'.
Saya lahir dan besar di keluarga islam NU. Ayah saya pensiunan guru bahasa Arab, pengajar ilmu tafsir, dan (dulunya) imam masjid. Sekarang ayah saya aktif mengurus salah satu mesjid besar di daerah Kerung-kerung, Makassar. Saya dibesarkan dengan ajaran islam murni bersumber dari Al-Qur-an dan Al-Hadist. Sejak lahir, saya telah diajarkan mengenakan hijab dan saya bersekolah di sekolah berkurikulum islam selama 12 tahun.
Saya lahir dan besar di keluarga islam NU. Ayah saya pensiunan guru bahasa Arab, pengajar ilmu tafsir, dan (dulunya) imam masjid. Sekarang ayah saya aktif mengurus salah satu mesjid besar di daerah Kerung-kerung, Makassar. Saya dibesarkan dengan ajaran islam murni bersumber dari Al-Qur-an dan Al-Hadist. Sejak lahir, saya telah diajarkan mengenakan hijab dan saya bersekolah di sekolah berkurikulum islam selama 12 tahun.
Singkat cerita, saya telah dibekali pengetahuan dan akhlak islam yang baik. Bahkan saya pernah menjuarai lomba tadarrus se-kelurahan waktu Tsanawiyah. Namun, semua bekal pengetahuan itu tidak membawa saya pada 'karakter muslimah yang diharapkan ayah saya'. Beliau ingin saya menjadi panutan bagi sesama muslimah dengan terus mengenakan jilbab dan menghindari banyak batasan. Maksud saya, saya harus menjaga diri dari... misalnya, contoh paling kecil, berada di lingkungan pemabuk.
Tapi, kemudian hari saya malah berubah bentuk seperti sekarang. Saya tidak lagi mengenakan hijab (kecuali di acara-acara keluarga), saya bergaul kepada semua golongan manusia dan agama, saya melakukan banyak hal yang selalu dipantangkan ayah saya.
Tapi, kemudian hari saya malah berubah bentuk seperti sekarang. Saya tidak lagi mengenakan hijab (kecuali di acara-acara keluarga), saya bergaul kepada semua golongan manusia dan agama, saya melakukan banyak hal yang selalu dipantangkan ayah saya.
Dari sini, saya terus bertanya-tanya. Sudah benarkah ajaran islam menurut ayah saya itu? Benarkah saya harus menghindari kawan yang pemabuk, padahal islam mengajarkan hablu minannas? Di awal mula perkuliahan, saya memutuskan 'mencari keyakinan' dengan memosisikan diri sebagai 'orang yang belum beragama'. Maka saya mempelajari banyak agama. Salah satunya Kristen.
Waktu itu, saya sering membaca Injil, bertanya kepada teman-teman kristiani saya. Saya juga sempat menawarkan diri diajak ke gereja. Lalu saya mempelajari Hindu & Budha, serta beberapa agama lokal. Ini berlangsung setahun. Kemudian saya mulai membandingkan agama satu dan lainnya.
Hingga pada awal tahun 2010, saya mengulang lagi pelajaran tentang islam. Saya mempertanyakan banyak hal, membandingkan banyak hal, berfilsafat dengan diri sendiri, sampai menemukan titik mula kehidupan saya: islam. Dan penggalan di atas adalah benar satu yang membuat saya mantap dengan agama islam. Meski kini tampakan saya 'tidak seislami dulu'.
Tuesday 22 January 2013
Seeking a Friend For The End of The World: Bagusnya Ini Bukan Black Comedy, piuufft!
Diposkan oleh
Rezkiyah Saleh Tjako
di
13:47
Judul Film : Seeking a Friend for The End of The World
Sutradara : Lorena Scafaria
Penulis Naskah : Lorena Scafaria
Pemain : Steve Carell, Keira Knightley,
Saturday 19 January 2013
Waktu Aku Sama MIKA
Diposkan oleh
Rezkiyah Saleh Tjako
di
23:20
Judul Film : Mika
Sutradara : Lasja Fauzia Susatyo
Penulis Naskah : Indra Herlambang
Produser : Adiyanto Sumarjono
Pemain : Vino G. Bastian, Velove Vexia, Donna Harun, George Timothy
Produksi : PT. Investasi Film Indonesia, First Media Production
(rilis 17 Januari 2013)
Satu
lagi film anak bangsa bertema sosial, Mika.
Kisahnya memang masih mengkuti pakem cerita ‘orang
sakit dan lingkungan sosialnya’, namun Mika punya jualan sendiri,
romantisme.
Dikisahkan
Mika (Vino G. Bastian) yang ODHA (orang dengan HIV/AIDS) bepacaran dengan Indi
(Velove Vexia). Indi sosok yang kurang percaya diri karena harus menggunakan brace untuk menyembuhkan Scoliosis pada tulang punggungnya. Indi
bertemu Mika sebelum ia masuk sekolah menengah atas. Kehadiran Mika membuatnya
memiliki semangat hidup dan percaya diri.
Biasanya,
orang awam akan menghindar jika tahu temannya seorang ODHA, namun Indi sama
sekali tidak merasakan perbedaan diri Mika, selain sebagai cowok tampan
(walaupun agak seram dengan tatonya), baik hati, dan seru. Dari Mika, Indi
belajar semangat hidup. Namun, ya kisah cinta keduanya mulai kandas setelah
orang-orang di sekitar Indi tahu bahwa Mika mengidap HIV/AIDS.
Lama
tak terdengar kabarnya, Velove muncul sebagai gadis manis, manja, namun berjiwa
sosial tinggi di film ini. Tak hanya sebagai pemian, Velove juga terjun
langsung sebagai executive produser.
Akting Velove tergolong beda dari peran tomboy yang biasa dilakoninya. Peran
sebagai Indi membuat Velove yang biasanya lincah jadi kalem, bahkan diceritakan
untuk berlaripun Velove tidak diijinkan oleh dokter.
Apa
lagi yang membuat Mika jadi romantis? Vino G. Bastian! Aktor yang terkenal
dengan karakter bad boy tapi romantis
ini, tampak semakin romantis dan kiut disandingkan dengan Velove. Mika mencuri
mawar di kafe untuk Indi, mengirim novel Peter
Pan, dan menggendong Indi agar ia bisa ikut mata pelajaran olah raga adalah
beberapa adegan yang akan membuat para gadis semakin mengidolakan sosok Vino.
Di
balik semua romantisme remaja yang disajikan dalam warna soft di sini, Mika adalah
kampanye sosial. Mika mengajak semua orang untuk peduli dan tidak menarik diri
dari ODHA. Dalam beberapa adegan, Indra Herlambang menyisipkan hal-hal yang perlu dilakukan dalam
bersosialisasi dengan penderita ODHA, tanpa perlu takut tertular.
Sayangnya,
Mika agaknya kurang di beberapa hal.
Utmanya di scene-scene pembuka
sebagai drama tiga babak dan ada beberapa dialog yang lemah. Pula masih butuh
tambah adegan menyentuh demi mendukung misi sosial cerita. Namun, jangan perhatikan
kekurangan ini, fokuslah pada usaha Indi mempertahankan perasaan, niat,
semangat hidup, dan keyakinannya pada Mika yang sebentar lagi meninggal.
Film
besutan Lasja F Susatyo ini terinspirasi dari 2 novel autobiografi dari Indy
Sugar Taufik, berjudul Waktu Aku Sama
Mika dan Hidup itu Sempurna.
Dituntun narasi tuturan Indi, kita diajak berpetualang dalam kehidupan indah
seorang penderita AIDS. Dan drama romantis ini ditutup scene bernada surealis yang tak terduga!!
Thursday 17 January 2013
Jakarta Hati
Diposkan oleh
Rezkiyah Saleh Tjako
di
17:51
Judul
Film : Jakarta Hati
Sutradara : Salman Aristo
Penulis Naskah : Salman Aristo
Produser : Lavesh M Samtani, Manoj K Samtani
Pemain : Slamet Rahardjo, Andhika Pratama, Roy Marten, Dwi Sasono, Agni Pratistha,
Sutradara : Salman Aristo
Penulis Naskah : Salman Aristo
Produser : Lavesh M Samtani, Manoj K Samtani
Pemain : Slamet Rahardjo, Andhika Pratama, Roy Marten, Dwi Sasono, Agni Pratistha,
Dion Wiyoko, Shahnaz Haque, Framly
Nainggolan, Surya Saputra, Asmirandah
Produksi : 13 Enterainmenet (rilis 8 November 2012)
Produksi : 13 Enterainmenet (rilis 8 November 2012)
Film Indonesia
2012 diramaikan bentuk segar untuk film cerita, omnibus. Salman Aristo, setelah
debut sutradaranya di ‘Jakarta Maghrib’, kini menggarap omnibus keduanya,
‘Jakarta Hati’. Film ini mengisahkan enam cerita yang dihubungkan waktu selama
24 jam. Tiap cerita menggambarkan kegelisahan orang-orang di Jakarta, jantung
Indonesia.
Orang lain. Menceritakan pertemuan seorang
perempuan dan seorang laki-laki. Kekasih mereka saling berselingkuh. Dua korban
cinta ini menghabiskan malam bersama, membicarakan siapa dan apa yang salah
dalam hubungan mereka masing-masing. Namun apakah keduanya takkan berbuat
kesalahan juga?
Masih Ada. Seorang anggota dewan terpaksa
menggunakan angkutan umum dan bersentuhan dengan masyarakat langsung lantaran mobilnya rusak. Ia sedang dalam
perjalanan mengurus perkara korupsi yang melibatkan dirinya.
Kabar Baik. Bagaimana jadinya jika seorang
polisi jujur dan profesional harus menahan ayahnya sendiri yang telah
meninggalkan keluarga mereka selama lima tahun?
Dalam Gelap. Pasangan suami istri yang
terpaksa terlibat pembicaraan serius soal rumah tangga mereka yang berantakan
saat pemadaman listrik bergilir di Jakarta. Dalam gelap, semua yang
disembunyikan saat terangpun terungkap.
Hadiah. Seorang penulis skenario
dihadapkan pada pilihan ‘mempertahankan idealisme’ dan ‘mencari nafkah’. Solusi
untuknya justru datang dari ketulusan anak yang masih duduk di sekolah dasar.
Darling Fatimah. Kisah cinta manis antara janda
keturunan Pakistan dan pemuda Tionghoa di pasar pagi Jakarta. Dalam dialog yang
terdengar kasar, sebenarnya mereka sedang mencari solusi cinta.
***
Karya omnibus
kedua dengan sentuhan menawan. Beginilah kesan pertama setelah menonton omnibus
ini. Nyaris tidak ada cacat dalam setiap ceritanya. Walau semua cerita diberi
akhir menggantung, penonton tetap
mendapatkan maksud cerita. Sebuah jaminan yang pasti dari seorang penulis
skenario serapi Salman aristo. Melalui dialog cerdas, kritis, dan adegan-adegan
pas, permasalah kota Jakarta seperti perselingkuhan, masalah moral,
korupsi, idealisme, masalah ekonomi, dan sosial budaya dipaparkan dengan renyah
tapi cerdas. Film ini pun didukung sederet pemain bintang berkualitas yang
membuat maknanya tidak ‘gagal sampai’.
Secara
tematik dan gaya, omnibus ini tergolong berat. Konflik yang diangkat sangat
sensitif. Penonton diajak berfikir keras memahami maksud sebuah cerita yang
implisit. Di beberapa cerita, misalnya di ‘Dalam Gelap’, kamera stuck di satu sisi, terus menyorot
adegan sepasang suami istri di dalam kamar. Percakapan keduanya serius dan
berat. Adegan seperti ini bisa jadi membosankan. Namun dialog yang sengaja
disusun ‘menegangkan’ dan tambahan detail –misalnya properti atau kostum-
membuat penonton membetahkan diri, menanti akhir cerita akan jadi seperti apa.
Lewat
enam cerita yang direalisasikan duet produser Lavesh M dan Manoj K Samtani ini,
rakyat ibukota dan penduduk lainnya di kota besar diajak bercermin, kalau-kalau
sempat menghadapi problema serupa, selesaikanlah dengan hati.
Serial Cewek-cewek Pelpek: #Ampat: The Beach, Bukan Sembarang Acara Jalan-jalan
Diposkan oleh
Rezkiyah Saleh Tjako
di
17:43
Pada malam minggu,
Eya dan Eno tidak ikut ayahnya ke kota, secara
mereka lahir dan besar di tengah kota
metropolitan bernama Makassar. Karena delman
sudah sangat sulit ditemukan, maka mereka berdua selalu menghabiskan malam
dengan naik sepeda motor keliling kota
dan menjalankan hobi mengamati ciptaan Tuhan. Ini bukanlah nasib yang harus
ditanggung oleh dua remaja jomblo kita, melainkan suatu kesyukuran telah cukup
jauh dari pergaulan bebas yang nggak ada untung-untungnya itu.
Rute mereka hari ini
adalah turut meramaikan acara antri di pompa bensin. Mereka berdua ikut ngantri
di pompa bensin sekitar lima
belas menit,
“Brapa , Mba?”
“Sapa yang mo beli
bensin? Orang cuma mo tukar uang kecil, ada nggak?” jawab Eya enteng. Tanduk si
pegawai pertamina keluar perlahan tapi pasti.
Menurut cerita teman-teman
sekelas mereka, jalan Mannuruki yang dipenuhi tempat kos itu paling rame kalo
malam minggu. Maka dari itu, mereka memutuskan untuk ikut serta. Sekedar ikutan
bunyiin klakson pas lagi macet-macetnya atau ngomelin pemilik mobil pribadi
yang parkir di jalanan.
Secara udah hapal
jalan itu sampai ke gang terkecil, sekali belok di lorong mereka langsung
sampai di jalan aman bebas macet dan kabur ke warung coto Makassar.
Di sini, entah jago atau selera pelayannya terhadap cewek emang cemen banget,
Eya selalu berhasil membuat mereka geer dengan pura-pura ketawa sambil
ngeliatin mereka ngelayani tamu. Padahal nih Eya sama Eno lagi ketawain resleting mereka yang buka toko.
Perut udah terisi
penuh oleh daging, hati, dan limpa kuda. Mereka melanjutkan perjalanan menuju
pantai. Ada
satu kejutan yang dibawa Eya hari ini. Ya…jika ditilik-tilik itu bukanlah hal
yang menggemparkan dunia persilatan atau dunia perjilatan. Justru merupakan
pertanda buruk bagi kemajuan tanah air Indonesia tercinta. Udara di
Indonesia nggak tercinta. Eya membawa hape baru dan ada mp3 playernya.
Dengan dodolnya,
kayak manusia dari jaman batu kapur, Eno meloncat-loncat kegirangan ngeliat
gadget mulai ketinggalan jaman yang dipamerin Eya.
“Gila, nyolong
dimana kamu?”
“Ini itu punya
kakakku,”
“Kakak kamu kan pelit, kok bisa?”
“Aku bilang
pulangnya nanti kuisiin pulsa,”
Eno masang ekspresi
anak teka liat perosotan, ngacak-ngacak hape itu sampai nggak tahu kalo lagi
nekan tombol switch off. Perlahan
layar hape itu memudar lalu tak ada cahaya sedikitpun. Keduanya pun panik
setengah mati. Mereka keliling-keliling pantai, berlarian kesana kemari kayak
ekor mereka udah pada kebakar. Eno dan Eya tak banyak tahu soal produk
teknologi.
“Bagaimana kalo kita
minta bantuan orang?”
Baru ngomong gitu, seorang anak
kecil, kira-kira masih teka nol kecil menghampirinya. Ia tersenyum, mamerin
gigi ompong tiga sambil megang gulali pink.
“Kakak beldua
tenapa?” (artinya: lo pada kenapa?)
“Enggak kok. Kita
lagi pusing sama hape ini,” Eno pun menunjukkan hape itu.
“Lusak?” (artinya: rusak ya?)
“Gini, tadi kakak
nggak sengaja ngacak-ngacakin tombolnya trus langsung koit gitu,”
“Alah, kakak beldua
ini bedo amat. Ini tindal didiniin kan
lantung nala. Tuh belsinal ladi, buni ladi…tenonenot…tenonenonet…” (artinya: tuh hape nyala lagi).
“Eh, iya. Ade
pintal!!!”
“Bukan pintal, tapi
pintar. Kakak bedo!”
“Bukan bedo, tapi
bego!”
“Iya, saya tau. Sok
tua kakak ini,”
Rambut Eno seketika
berdiri semua kayak tentara mau perang. Dia udah bersiap-siap mau ngejitak
kepala tuh anak ompong tiga biar tau rasa. Eya mencegahnya,
“Eh, anak kayak gini
belum punya dosa. Kualat kamu,”
“Jadi yang tadi itu
bukan dosa?”
“Nggak sukur kamu
udah ditolongin,”
Eya menghampiri anak kecil itu,
“Gini sebagai ucapan terima kasih, kakak mau beliin kamu sesuatu. Apa aja,”
“Beneran ni apa
aja?” (artinya: dia ngeyakinin Eya)
Eya tersenyum manis,
“Ade kecil mau apa?”
“Saya mau mobil,” (artinya: udah jelas tuh. Bedo amat sih lo)
“Mobil-mobilan, ntar
ya kakak beliin di depan sana,”
“Bukan
mobil-mobilan. Tapi mobil benaran kayak yang diparkiran itu,”
Eya juga langsung kesal
ngedengar nih anak ompong tiga permintaannya ga masuk di akal. Minta mobil sama
dua orang yang berencana jual harga diri buat dapetin mobil. Apalagi cuma buat
imbalan atas menghidupkan kembali hape kamera butut jelek itu.
“Hmm….ade ompong
minta yang lain aja…”
“Pokoknya mau mobil.
Kalo nggak ini hape dimatiin lagi..”
“Matiin coba kalo
berani!”
Tuh anak kecil beneran switch off-in hapenya lagi.
Setelah ngerampas
hapenya dari tangan anak itu, dengan tanpa pertimbangan matang, (emang Eya
nggak pernah pake timbangan kalo mau bertindak, kecuali pada hari minggu waktu
bantuin ibunya jual bawang kiloan di pasar), dia langsung ngasih hadiah anak
itu dengan tiga kali jitakan di ubun-ubunnya. Sontak tuh anak kecil ompong tiga
nangis nggak ketulungan.
Sedikitnya dua orang
kesedak pisang epek dan lima
orang nggak jadi ciuman gara-gara tangisan falsetnya yang bikin sakit kuping.
Sambil nangis anak itu berlari ke arah ibunya yang lagi jualan minuman. Eya dan
Eno lari terbirit-birit ke arah anjungan.
Hampir saja acara
malam minggu dua cewek jomblo bahagia terusik oleh ulah anak kecil sok lugu.
Mereka pun melanjutkan recana paling jail mereka sebelum malam semakin larut.
Daftar acara malam mingguan:
- Baca koran. Salah
satu hal yang paling disukai Eya. Caranya: beli koran sore harga seribu di
lampu merah dari anak kecil sumbing. Kemudian bawa korannya ke anjungan.
Bacalah dengan suara keras sambil kaki diselonjorin ke atas.
“Berita
hari ini, eh sore ini. Menurut badan meteorologi dan geofisika, daerah selat
Makassar mulai terancam gempa dan mungkin saja menciptakan tsunami terbesar
kedua di Indonesia…hasil
penelitian ini adalah yang terbaru…”
Setelah itu,
perhatikan sekeliling. Jika ada pasangan yang nggak jadi ciuman, itu berarti
mereka takut kena adzab.
- Jadi pengamen.
Tenang dulu para hadirin, ini emang kerjaan Eno dan Eya di hari libur. Jangan
salah, suara mereka bisa diadu sama kwek-kweknya bebek atau burung beo kejepit
kandang sendiri. Buat ngamen nggak butuh gitar, sasando, atau suling. Harmonika
dan gerincingan udah jadi modal gede.
Daftar lagu malam
ini: potong bebek angsa, balonku ada lima,
Indonesia Tanah Airku, SMS, dan Bila Waktu t’lah berakhir. Simaklah penampilan
mereka berdua!
Potong
bebek angsa…angsa dikadalin…
Nona
minta dansa….dansa aja n’diri…
Sorong
ke kiri…sorong ke kanan…
Ya…seribu
aja ongkos parkirnya….
Slamat malam
ibu-ibu, bapak-bapak, nenek-nenek, para selingkuhan dan pedagang harga
diri…nikmati lagu kedua kami…
Balonku
ada lima..
Rupa-rupa
warnanya…
Ijo
kuning lango-lango[1]
merah muda dan biru
Ikh…ikh…ikh…
(ada suara Mulan Jamidong pada akhir lagu)
Indonesia
tanah air beeetaa
Pusakaa
aabadi naan jaaayaa
Indoneesia
sejaak dulu kaalaaa
S’lalu
nyiksa-nyiksa bangsaaa
Eee…bang
sms siapa ini bang
Bang
pesannya pake tolong-tolong…
Bang
bang tut
Ada
yang kentut
(preettt)
ringtone hape siapa tuh?
Untuk terakhir para
hadirin yang selalu setia ngedengerin atau emang terpaksa, kita punya lagu yang
beneran serius karya Opick, Bila Waktu T’lah Berakhir.
Bila
waktu t’lah berakhir..
(Eya bunyiin
harmonikanya puaanjang banget. Eno b’renti bunyiin gerincingan. Ia berdiri gaya istirahat di tempat
kayak hadirin pemakaman jendral). Dengan lirik religius dan teknik menyanyi
seriosa Eya melanjutkan lagunya..
Bila
waktu t’lah berakhir, bayar donk !!!
- Duduk sambil mancing
dan makan berondong manis.
- Uto-uto (baca
foto-foto) di bawah pohon kelapa.
Tapi sayang seribu
sayang, acara ketiga dan keempat tidak jadi dilaksanakan karena petugas trantib
keburu mengusir mereka atas tuduhan mengganggu kenyamanan, keamanan, dan
kesejahteran pengunjung.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Pages
Labels
#7HariMenulisSuratPutus
(39)
#fiksikal
(12)
#kesukaan
(1)
#reblog
(2)
Artikel
(9)
backpacking
(1)
Bicara Teater
(2)
Cerita Pendek
(14)
cewek cewek pelpek
(4)
Findie Makassar
(1)
Gambar Dunia
(11)
Ilmu Sastra
(1)
info
(2)
Kita Memimpikan Ini
(2)
Kritik Film
(17)
My Quotes
(41)
Naskah Drama
(1)
Puisi
(22)
sajak
(2)
Screening Film
(2)
Terpotong
(7)
Ujaran
(64)
Arsip
-
▼
2013
(75)
-
▼
January
(12)
- 'nothing is real'
- surat putus dari @sandiardin
- Aku Ingin Memutuskanmu
- The Odd Life of Timothy Green. Film Ini 'odd' Bagi...
- SEGERA DARI FINDIE!!
- 'mencari keyakinan'
- Seeking a Friend For The End of The World: Bagusny...
- Waktu Aku Sama MIKA
- Jakarta Hati
- Serial Cewek-cewek Pelpek: #Ampat: The Beach, Buka...
- somethingwellforlife
- Terima Kasih, Keluarga Baru :*
-
▼
January
(12)
Popular Posts
-
Sebuah film memiliki daya magis yang sangat memikat jika digarap sendiri oleh penulisnya. Cerita sebagai landasan utama, tolak ukur, jabang ...
-
Mungkin jikalau saja kita (umat manusia) mau berfikir tentang hal-hal kecil yang mungkin dianggap remeh yang ada di sekitar kita, maka Insya...
-
Judul Film : Cinta/mati Sutradara : Ody C. Harahap Penulis Naskah : Ody C. Harahap, Akbar Maraputra Produser ...
-
Dear Erika, How are you? We haven't meet again since when? Oh yeah, a year after junior high school graduate, right? Look at yo...
-
Judul Film : Mika Sutradara : Lasja Fauzia Susatyo Penulis Naskah : Indra Herlambang Produser : ...