Deer, Ren...
Iya Deer, bukan Dear. Dear
untukmu sudah lama mati. Kamu memang layaknya rusa, seperti pikiranmu yang
bercabang menyerupai tanduk. Hari ini bilang A, besok bilang B, lusa bilang Z.
Lain kali C dulu biar aku tau berikutnya mesti ke E. Eh, kok jadi belajar abjad
lagi, yah?
Seperti tak mengakui perasaan, karena sahabatmu sudah lebih dulu menancapkan hatinya padaku. Lalu, apa karena itu kau menggantungku lebih sepuluh minggu? Tapi bukan aku namanya kalau tak mendapat perhatianmu. Walau harus didahului dua pengagummu, yang ternyata adik kelasku dulu. Dan kau harus bertengkar dengan sahabatmu itu. Bukankah cinta yang terlalu mudah diraih kadang tidak seru?
Tapi tak kupungkiri itu. Kau
ciuman pertama pria 22 tahun yang sangat lugu kala itu. Kau yang maju duluan
saat itu, kan? Di sofa di ruang tamu rumahku. Bagimu mungkin biasa, aku tidak
bisa tidur malam itu. Membayangkan hangat dan lembutnya. Aku berbeda setelah
hari itu. Juga kamu.
Kita semakin menjadi orang
lain. Aku pemarah, kau menjengkelkan. Aku pergi diam-diam dengan setelahmu. Kau
pergi nyata-nyata dengan mantanmu, yang baru kuketahui setelah kalian saling
memanggil 'sayang'.
Jumat dini hari, kau katakan,
'Kita putus saja'. Dalam hatiku sudah ada, 'As you wish,' sejak lama.
0 komentar:
Post a Comment