Sunday, 3 February 2013

Deer, Ren



Deer, Ren...

Iya Deer, bukan Dear. Dear untukmu sudah lama mati. Kamu memang layaknya rusa, seperti pikiranmu yang bercabang menyerupai tanduk. Hari ini bilang A, besok bilang B, lusa bilang Z. Lain kali C dulu biar aku tau berikutnya mesti ke E. Eh, kok jadi belajar abjad lagi, yah?

Seperti tak mengakui perasaan, karena sahabatmu sudah lebih dulu menancapkan hatinya padaku. Lalu, apa karena itu kau menggantungku lebih sepuluh minggu? Tapi bukan aku namanya kalau tak mendapat perhatianmu. Walau harus didahului dua pengagummu, yang ternyata adik kelasku dulu. Dan kau harus bertengkar dengan sahabatmu itu. Bukankah cinta yang terlalu mudah diraih kadang tidak seru?

Tapi tak kupungkiri itu. Kau ciuman pertama pria 22 tahun yang sangat lugu kala itu. Kau yang maju duluan saat itu, kan? Di sofa di ruang tamu rumahku. Bagimu mungkin biasa, aku tidak bisa tidur malam itu. Membayangkan hangat dan lembutnya. Aku berbeda setelah hari itu. Juga kamu.

Kita semakin menjadi orang lain. Aku pemarah, kau menjengkelkan. Aku pergi diam-diam dengan setelahmu. Kau pergi nyata-nyata dengan mantanmu, yang baru kuketahui setelah kalian saling memanggil 'sayang'. 

Jumat dini hari, kau katakan, 'Kita putus saja'. Dalam hatiku sudah ada, 'As you wish,' sejak lama.

Kemudian aku pergi, lagi, dengannya. Dengan setelahmu.



surat ketiga dari @restuwashere

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger