Friday 1 February 2013

Surat Putus untuk Pacar Pertama



Dear Erika,

How are you? We haven't meet again since when? Oh yeah, a year after junior high school graduate, right? Look at you now, you're such a pretty girl. What are you doing anyway, being a model?
Kamu pacar pertamaku, kalau kamu masih tidak percaya. Ya, di seumuran kita saat itu, kau yang mungkin terlalu cantik untuk ukuran kota kecil kita, mungkin sudah punya beberapa sejarah. Siapa yang tak kenal dirimu. 'Ooh, Erika yang cantik itu,', 'Ooh, Erika yang tinggal di Dolog itu,'. Kemahsyuran cantikmu sudah terdengar hingga ke pulau sebelah.

Tapi untukku, di awalnya, ini terlalu aneh. Jika kebanyakan FTV, sepasang muda-mudi, bertemu, musuhan, yang cowok nerd, yang cewek cantik, akhirnya jadi sepasang kekasih, itulah kita. Ya, bukan? Kau orang yang menghujaniku dengan air hingga basah kuyup, aku lihat sebelum kau sempat lari dari punggungku. Di depan pintu kelas di mana kau mengatakan perasaanmu padaku enam bulan kemudian.

Pacaran kita pun aneh. Hanya bertemu di jam sekolah. Selebihnya, kebanyakan mencuri waktu bertemu. Inilah susahnya memiliki keyakinan yang berbeda kali, ya? Ibuku orang yang taat dengan agamanya, pun ayahmu. Mereka tidak mengenal anak kita bernama cinta, walaupun saat itu ia masih menyerupai monyet. Aku masih ingat ketika menggendong si monyet melintas di depan rumahmu. Kakak tertuamu menyalamiku dengan balok lima-lima. Atau adikmu yang jadi agen ganda layaknya Jolie di Salt. aku tersenyum di depan mereka, lalu kita tertawa saat bertemu.

Kita terlalu muda, kau terlalu cantik. Adik kelas itu terlalu cakep, kaya, dan punya skill bermain gitar yang hebat. Tapi, bukan itu alasan kau selingkuh dengannya, kan? Semoga bukan. Jika ya, semoga kau tak tahu aku punya hati yang lain juga.

Ya, dia gadis yang berpapasan dengan kita saat aku katakan penerbanganku ke Makassar tertunda. Gadis yang mengejarku ke bandara begitu tahu aku mendadak berangkat siang itu, setelah melegalisir ijazah. Gadis yang kemudian jadi cinta pertamaku. Gadis yang menangis karena tak mendapatiku di bandara, yang juga kaget begitu melihat kita bergandengan bersama kembali ke sekolah. Kau tenggelam dalam lenganku, tapi mataku tenggelam dalam mata basahnya saat itu.

Jangan khawatir, aku akan selalu mengingatmu selama hidup. Mungkin tak setiap detik seperti surat terakhirmu, berikut jam tangan yang kau berikan padaku. Jam tangan itu sudah rusak, tapi ingatanku masih telak. Kita tak pernah mengatakan putus, maka beserta surat ini, biarlah menjadi keputusan.

Kita terlalu mustahil untuk menjadi sempurna. Kita putus saja, ya.


dari @restuwashere

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger