Friday 23 December 2011

Sementara malam perlahan ditinggal gelap

Sementara malam perlahan ditinggal gelap

horizon menipis di pelupuk matamu

aku menjauh pelan-pelan macam revolusi hindari sekap

sementara awan tidak lagi kelabu

kau mengintip dalam celah kelambu

aku yang kandas memeluk guling bekas ibu

sendiri menyelami sisa air matanya, dan berujar

“ibu….kembalikan aku ke rahimmu”



http://www.claudiam.com/images/MotherAndSonAbstracted.jpg

Setelah Hari Itu

Para Pemeran:
Geng Barbiez:
1. Katy : cewek yang sangat ambisius. Otak Barbiez. Cewek provokatif dan paling bernafsu mencelakakan Yakuza.
2. Mindi : si lemot. Polos. Sekaligus cengeng.
3. Wanda : cewek stylish. Dandanannya cantik. Jago matematika.
4. Miyah : prinsip hidupnya, mengalir saja seperti air. Dia selalu mengiyakan rencana Katy tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang akan timbul.
5. Sisil : si penakut. Pematuh aturan sekolah. Tapi kadang kalau tidak tahan dengan perlakuan Yakuza, dia jadi pemberani.


Geng Yakuza
1. Evan : sama kayak Katy. Versi laki-laki Katy. Tidak pernah bisa menerima keberadaan Barbiez di kelasnya.
2. Parto : pelawak Yakuza. Baginya segala hal pantas ditertawai.
3. Panda : Yang paling besar dan paling bego. Kekuatan yang tidak sebanding dengan otaknya.
4. Nathan: playboy Yakuza. Anak tajir yang gemar mempermainkan perempuan. selalu mendukung ide-ide konyol Evan.
5. Rendy : Walau terlihat culun dengan kacamata tebalnya, sebenarnya dia anak Yakuza yang paling hebat. Dia pintar menyusun strategi dan menganalisa kasus.
Ibu Patricia : Wali kelas yang baik hati, cantik, modis, dan penyayang
Pak Nyoman : Penjaga sekolah yang sangat menyayangi murid-murid di sekolah itu.



Narator:
Di kelas XII IPS 1, ada dua geng kelas yang tidak pernah akur.Mereka sering berebut angkot, berebut meja kantin, sampai berebut peringkat tertinggi di kelas.Dalam beberapa hal, persaingan mereka terlihat sehat, namun tidak untuk banyak hal.Masing-masing geng ingin menjadi yang paling hebat di kelas.Namun keduanya sangat mencintai wali kelas mereka, Ibu Patricia.

Drama ini dibuka dengan bel yang berbunyi kencang.Di dalam kelas Yakuza sedang duduk di meja mereka, ada yang duduk di atas meja.Parto tertawa kencang-kencang.
Rendy : Than, jangan suka ikut ngetrek(balapan) lagi. Kalau kamu kecelakaan dan mati gimana?
Nathan : Kan bisa masuk rumah sakit. Ada uang kok. Gimana, Par?
Parto : Orang kaya kok… wakakkakakka… (Parto menatap perban luka di lengan Nathan) (Panda juga memerhatikannya)
Panda : Wah…. Itu luka ya
(parto membuka perban itu dan menempelnya di jidat Panda) mereka tertawa
Panda : Apa-apaan ini?
Parto : Jidatmu bocor. Hahahha
Barbiez masuk kelas.Mereka berlenggak-lenggok seperti model.Kelimanya menatap benci pada geng Yakuza.
Evan : Pstt… laskar lampir datang tuh!
Yang lain tertawa.

Katy : Apaan, sih norak banget.
Wanda : (kepada Yakuza) dasar celeng!
Evan menatap tajam kearah mereka.Mindi ketakutan.Katy balas menatap Evan dengan tatapan yang tidak kalah tajam.

Ibu Patricia muncul di pintu kelas sambil membawa gitar.Sisil menarik-narik lengan baju Katy.Kode.Evan cs menunjuki Katy seolah mengancam.Katy dan yang lainnya berbalik, memasang wajah tidak takut, lantas duduk di bangku masing-masing.
Ibu Patricia : Selamat pagi semua! Hari ini kita belajar musikalisasi puisi.

***
Ibu Patricia : Pada dasarnya melakukan seni musikalisasi puisi tidaklah sulit. Kalian hanya membutuhkan keberanian, selembar sajak, dan ini! (mengangkat gitarnya ke atas meja guru) (semua berseru senang, Barbiez saling berkomentar, Evan melempar kertas kea rah mereka. Kena kepala Miyah.Katy melempar balik.Terjadi perang kertas. Ibu patricia pusing melihat tingkah mereka. Ia segera membalikkan suasana dengan memetik gitar kencang-kencang. Semua tiba-tiba diam.

Ibu Patricia : Evan, Katy! Kalian berdua ke sini! (kasak-kusuk terdengar di belakang)
Katy : Jangan dihukum, dong bu…
Evan : Cewek-cewek centil itu yang duluan!
Ibu Patricia : Kalian naik, atau ibu keluar?
Keduanya pun terpaksa mengalah.Kedua geng saling menatap dendam. Evan dan Katy pun naik ke dapan kelas. Ibu Patricia memberi gitar pada Evan. Katy diberi selembar kertas.

Ibu Patricia : Katy membaca, Evan mengiringi.
Katy memperhatikan lembaran kertas itu cukup lama.Evan tersenyum mengejek.
Evan : Lama banget. Tidak tahu baca puisi ya?
Katy tersinggung mendengar ucapan Evan. Dia keluar kelas tanpa berkata apapun.Ibu Patricia juga tersinggung.Evan kembali ke bangkunya. Gitar ia letakkan di samping meja.

Ibu Patricia : Kelas kita selesai. Selamat pagi!
Ibu Patricia juga meninggalkan kelas.Barbiez panic.Mereka mencoba mengejar Ibu Patricia.Sementara Yakuza menertawai kejadian barusan.
Nathan : Kalo tidak bisa baca puisi, bilang dong!
Parto : ahahhahahha….
Rendy : Ibu Patricia tersinggung tuh. Semestinya kejadian barusan tidak terjadi.Kita sedang dalam kelas.
Panda : Jadi kita musti minta maaf sama Ibu Patricia? Gitu? Katy tuh yang harusnya minta maaf,
Wanda yang mendengar kalimat Panda jadi panas.
Wanda : Eh, mulut Evan tuh yang tidak ikut sekolah. Gara-gara dia Katy pergi.Di sebelah Wanda, Mindi menangis.Miyah menyusul Katy keluar kelas.
Sisil : Evan, kamu harus minta maaf sama Katy dan Ibu Patricia!
Evan : Anak raja mana kamu suruh saya minta maaf, heh?
Barbiez meninggalkan kelas.Yakuza tertawa.

***
Sementara itu, di taman sekolah. Katy menangis di tengah kerumunan teman-temannya.
Sisil :Udah, sayang… kita sudah kasih mereka pelajaran
Wanda memperbaiki rambut Katy yang berantakan.
Miyah : Balik ke kelas, yuk. Ibu Patricia juga udah pergi
Katy : Ibu Patricia pergi?
Wanda : Iya, dia tadi keluar. Tersinggung sama kita.
Katy : Waduh…. Kok bisa begitu sih. Masalahnya jadi tambah parah
Sisil : Kita masuk kelas dulu, pulang sekolah kita cari Ibu Patricia di ruang guru.

***
Barbiez membicarakan cara mereka minta maaf kepada Ibu Patricia di kantin sekolah. Di saat yang bersamaan, Yakuza melakukan hal yang sama di taman.
Evan : Aku tidak salah sama sekali. Untuk apa aku minta maaf?
Panda : Ibu Patricia tersinggung karena Katy nyelonong keluar kelas dan mengacaukan jam pelajaran.
Rendy : Tidak, bro. bukan begitu. Katy keluar kelas karena Evan menyinggung perasaannya.Secara tidak sadar, Evan juga menyinggung Ibu Patricia.Tidak sepantasnya Evan berkata kasar ketika Ibu Patricia mengajar.
Nathan : Hey, sudahlah. Kenapa kita memusingi Ibu Patricia. Kalau dia tidak mau menjadi wali kelas kita, masih banyak guru lain yang bisa. Mereka pun tidak akan menolak permintaan kepala sekolah. Mereka butuh gaji, men!
Rendy : Than, sekolah ini bukan punya bapakmu. Tidak ada wali kelas, berarti kita dikeluarkan dari sekolah.
Nathan : Kita cari sekolah lain. Gampang, kan. Betul, kan, To?
Parto : Keluargaku tidak punya uang untuk memindahkan aku ke sekolah baru.
Panda : Aku juga. Van, kamu minta maaf sama Ibu!
Evan : Kalian kedengaran seperti bencong! Semua ini salah geng sok cantik itu.Bukan kita.Kalau kita tidak sekelas dengan mereka, kita pasti tidak bertindak seperti ini.

Tiba-tiba, Barbiez menghampiri mereka.
Katy : Van, kamu harus minta maaf sama Ibu Patricia sebelum pulang sekolah hari ini!
Evan : Eh, apa-apaan ini? Yang salah itu kamu.Kamu tidak punya sopan santun.
Wanda : Enak aja. Kamu tuh yang rese.Tidak bisa membedakan tempat dan situasi. Kalau masih anak-anak, jangan masuk SMA!
Sisil ketakutan, bersembunyi di belakang Miyah.
Miyah : Bagaimanapun, Evan harus minta maaf. Kami tunggu hasilnya sampai jam pulang sekolah!
Panda : Lo semua, cewek-cewek centil memerintah kami? Enak saja. Kalian yang minta maaf sama Ibu Patricia!

Mereka tidak menemukan penyelesaian. Barbiez meninggalkan taman dengan perasaan yang sangat panas. Mereka bertemu pak Nyoman, bujang sekolah di dekat ruang guru.
Sisil : Pak, Ibu Patricia ada di dalam?
Pak Nyoman : Barusan dia pergi.
Wanda : bapak tau Ibu kemana?
Pak Nyoman : Mungkin dia pulang. Bapak lihat Ibu Patricia bawa tas,
Katy : Terima kasih, pak
Barbiez meninggalkan Pak Nyoman.Mereka kembali ke kelas.

***
Esok harinya.Bel masuk berdentang.Yakuza, seperti biasa sudah berada di dalam kelas.Mereka berkelakar tentang acara televisi semalam, seolah peristiwa kemarin tidak pernah terjadi. Sementara Barbiez berdiri di pintu kelas, was-was menunggu kedatangan Ibu Patricia.

Lima belas menit setelah bel didentangkan, Ibu Patricia belum juga muncul.Katy mengambil alih kelas.Di memukul papan tulis dengan penghapus, memancing perhatian seluruh kelas.
Katy : Teman-teman, tampaknya Ibu Patricia benar-benar marah pada kita. Kita harus menemui beliau dan meminta maaf.
Evan menyelutuk
Evan : Kau saja yang pergi. Kami menunggu di sini.(Yakuza lain berseru mengejek).
Miyah : Kayaknya kita semua tahu bahwa bukan Katy yang bersalah di sini. Tapi kamu. Kamu yang tidak tahu sopan santun!
Mindi : Miyah betul! Kamu bersalah.
Evan : Temanmu tuh yang bodoh.
Sisil : Berhenti! Kita semua tahu, sejak kelas satu tidak ada guru yang bersedia jadi wali kelas kita.Cuma Ibu Patricia yang bersedia.Setelah beliau mungkin tidak ada lagi. Enam bulan lagi kita Ujian Nasional, kita tidak mungkin lulus tanpa bantuan Ibu Patricia. Kelas kita ini dimusuhi banyak guru.
Nathan : Untuk lulus ujian nasional, yang kita butuhkan adalah kepintaran. Kita bisa ikut bimbingan khusus di luar sana. Sekolah ini Cuma salah satu dari alat kelulusan.

Miyah : Aku tidak menyangka ternyata kalian orang-orang yang tidak tahu terima kasih. Ibu Patricia telah membimbing kita selama dua tahun.Dia mau mengurusi kita sampai sekarang. Kalian pikir ada guru lain yang bersedia?
Rendy : Well. Ini sudah terlalu jauh. Kita coba minta maaf pada ibu Patricia jam istirahat nanti.
Sementara Parto tampak tidak mempedulikan apa yang terjadi. Dia sibuk sendiri dengan PSPnya.
Parto : Gol! Gol! Gol!
Panda : Celeng, diam kau!
Parto : Gol! Gol! Aku bantai Madrid, lima kosong!
Evan : To, serius kau atau kugampar?
Parto : Gol!
Evan memuncak.Rendy melerai.Parto tidak peduli, dia lanjut main game.
Nathan : Aku tidak akan minta maaf. Who’s with me?
Panda pindah duduk di sampingnya.
Evan : Aku tidak salah.
Rendy beranjak ke samping Katy.
Rendy : Aku dan Katy akan menemui Ibu Patricia.
Barbiez tepuk tangan.Mereka merasa menang, berhasil mengacaukan solidaritas Yakuza.
Panda : Kau pengkhianat, Ren!
Wanda : Dia mencoba bertindak benar dan pantas. Kau dan lainnya adalah cowok pengecut.
Miyah : Kami akan menemui Ibu Patricia. Kalian suka atau tidak.
Sisil : Iya.
Katy, Rendy, dan Barbiez meninggalkan kelas.
Parto : Gol!
Panda kesal, ia merebut PSP Parto.
Panda ; Celeng!

***
Barbiez dan Rendy menuju ruang guru.Mereka disapa pak Nyoman.
Pak Nyoman : Pada mau ke mana?
Katy : Kebetulan, nih pak. Ibu Patricia ada?
Pak Nyoman : Belum datang, neng. Kalian tunggu saja di sini.
Barbiez dan Rendy pun menunggu kedatangan Ibu Patricia.Tidak lama kemudian, Ibu Patricia muncul dengan wajah jengkel melihat mereka.Ibu Patricia nyelonong masuk ruang guru, seolah tidak melihat mereka.Katy menyusulnya.

***
Di dalam ruang guru.Katy mencoba bersikap wajar. Yang lain menyusul masuk. Di luar sana, Yakuza menguping.
Katy : Bu, aku minta maaf..
Ibu Patricia tidak peduli.Ia berpura-pura sibuk dengan barang-barangnya di atas meja.
Rendy : Tidak sepantasnya kami berbuat begitu di depan Ibu. Seharusnya kejadian kemarin tidak terjadi.
Ibu Patricia masih cuek.
Sisil : Kami akan memperbaikinya.
Ibu Patricia : (mengangkat alis) oh, ya. Dengan cara apa?
Barbiez dan Rendy kasak-kusuk. Mereka pun masih bingung hendak berbuat apa.
Rendy : Musikalisasi puisi!
Ibu Patricia memasang wajah kurang yakin pada mereka.
Katy : Hmm… hari senin minggu depan. Kami akan menampilkan musikalisasi puisi untuk Ibu. Di depan kelas.
Ibu Patricia menatap mereka satu-persatu.
Rendy : Kami bisa saling membantu.
Ibu Patricia : Oke. (lalu beranjak meninggalkan mereka)
Barbiez dan Rendy merasa lega.Mereka keluar ruang guru.Namun dicegat oleh Evan dan yang lainnya.
Evan kepada Katy : Karena itu ide kau, kau yang kerjakan sendiri. Kami tidak ikut!
Evan, Nathan, Panda, dan Parto beranjak.

**
Di taman sekolah, Barbiez dan Rendy belajar musikalisasi puisi. Katy dan lainnya memerhatikan lembara puisi Khairil Anwar: Kesepian. Sementara Rendy mencoba memetik gitar.Bunyinya fals.
Wanda : Bukan begitu caranya! (merebut gitar dari Rendy, lalu mencoba memetiknya. Dan salah juga!)
Sisil : Percuma. Tidak ada yang punya bakat music di kelas kita selain Evan.
Katy terdiam.
Miyah : Buat apa kita minta bantuan orang sok kayak dia.
Rendy : Masih tersisa lima hari untuk latihan.
Mindi : Kalian semua pada bahas apaan, sih? Bukannya kita mau rapat untuk musikalisasi puisi?

***
Pulang sekolah. Evan melintas di depan Katy.
Katy : Van!
Evan berhenti, balik ke arahnya dengan sinis.
Evan : Apa?
Katy : Mulai besok, setelah pulang sekolah, kita latihan musikalisasi puisi di kelas.
Evan : Sudah?
Evan berlalu.Meninggalkan Katy yang dongkol sendiri.
***
Keesokan paginya.Yakuza berkumpul di kelas, Evan belum datang.Rendy bergeser ke meja Barbiez setelah ditatap sinis oleh teman-temannya.Katy membagikan kertas bertuliskan puisi tugas mereka.
Katy : Siang nanti, masing-masing akan membacakannya. Yang paling bagus, nanti naik ke depan kelas.
Sisil : Yang main gitar siapa?
Katy : Kita kerjakan yang paling mudah duluan.
Evan masuk kelas.Dia menenteng sebuah gitar.Barbiez dan Rendy memperhatikan.Rendy menghampiri Evan.
Rendy : Wah…. Akhirnya kamu mengalah juga. Kita latihan sepulang sekolah!
Evan : Eh, gitar ini buat Yakuza. Bukan kelas ini. Dan kau, jangan lagi mengaku Yakuza!

***
Sepulang sekolah. Yakuza berkumpul di taman. Mereka menyanyikan lagu favorit.Parto menyanyi paling heboh.Barbiez melintas.Katy mencoba mengajak mereka sekali lagi.
Katy : Kita mau latihan, kalian ikut?
Yakuza tidak menghiraukan.Mereka terus bernyanyi.Mau tidak mau Barbiez dan Rendy pun pergi.

***
Dua hari menjelang kelas bahasa Indonesia.Barbiez dan Rendy berpapasan dengan Ibu Patricia di koridor sekolah. Mereka memberi salam.
Ibu Patricia : Jangan kecewakan saya lagi.
Ibu Patricia pun pergi.


***
Siangnya,
Barbiez dan Rendy latihan lagi di taman sekolah. Terpilih Katy sebagai pembaca puisi. Sekarang mereka bingung siapa yang akan memainkan alat music.
Wanda : Sisir dan roll rambut mana bisa bunyi
Miyah : Otak kananku tidak pernah berkerja dengan baik. Yang aku tahu hanya rumus matematika
Sisil : Aku… ehm… aku
Keempatnya menoleh ke Mindi.
Mindi : Guys, jangan liat ke aku. Aku nggak tahu apa-apa.
Rendy : Beberapa hari ini aku belajar metik. Bisalah dikit-dikit.Besok aku saja yang main.
Yang lain pun merasa lega.

***
Hari yang dinanti-nanti pun tiba.Bel berdentang.Barbiez deg-degan menanti kedatangan Ibu Patricia.Seperti biasa, Yakuza santai menghadapi hari ini.Parto sibuk dengan PSP-nya.Evan dan Nathan ngobrol soal pertandingan sepak bola tadi malam.Dan Panda mengurut-urut lengannya yang bertato.Lalu Ibu Patrcia muncul, seperti biasa dengan dandanan yang selalu cantik.Katy memeluk kertas puisinya.Rendy dan yang lainnya berusaha menenangkan diri.
Ibu Patricia : Selamat pagi
Semua : Pagi, bu!
Ibu Patricia : Saya tidak perlu lagi menjelaskan pelajaran ini. Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan.
Katy dan Rendy pun naik. Barbiez lain mengangkat kursi untuk mereka berdua. Ibu Patricia duduk di kursinya, memerhatikan sambil mengikir kukunya.
Rendy memetik gitarnya.Bunyinya jelek sekali.Katy gugup dibuatnya.
Rendy : Maaf, aku ulangi lagi
Jemari Rendy kembali menghasilkan bunyi gitar yang mengganggu telinga.
Ibu Patricia : Makanya… kalau tidak bisa jangan berbuat salah.
Katy : Kami coba lagi, bu..
Katy pun memberi isyarat agar Rendy mengikuti syair yang dibacanya.Ia mulai membaca. Lama-kelamaan terdengar suara gitar yang bagus.Harmonis dengan suara Katy. Ternyata yang main adalah Evan. Ia memerhatikan permainan Rendy yang jelek dan berinisiatif menggantikan Rendy diam-diam.
Rendy sudah berada di tengah-tengah Barbiez.Katy menjadi semakin gugup.Namun musikalisasi puisi itu berlangsung lancar dan baik.
Pembacaan itu selesai.Ibu Patricia bertepuk tangan. Katy dan Evan tersenyum satu sama lain.

***
Sepulang sekolah. Miyah, Wanda, Sisil, dan Mindi menunggu angkot di halte, mereka merayakan kesuksesan musikalisasi puisi mereka.
Wanda : Wah, tadi keren banget!
Mindi : TOP banget. Keren.
Miyah : Ibu Patricia pasti senang jadi wali kelas kita.
Sisil : Eh, angkotnya datang. Kat, kita duluan ya!
Katy : Iya. Hati-hati.
Mereka melambaikan tangan kea rah Katy.Katy pun menunggu angkot sendirian.Evan melintas.
Evan : Kok sendirian?
Katy (agak ragu menjawab): Tadi teman-teman ada kok
Evan : Pulang bareng?
Katy : hm… boleh
Evan menggandeng tangan Katy.

***
Perselisihan kedua geng ini belum berhenti, namun sejak saat itu mereka bisa terlihat solid dan bekerja sama dengan baik dalam hal tertentu, apalagi menyangkut kepentingan sekolah dan kelas mereka.
selesai

Pan’s Labyrinth Bukan Film Fantasi

Sebuah film memiliki daya magis yang sangat memikat jika digarap sendiri oleh penulisnya. Cerita sebagai landasan utama, tolak ukur, jabang bayi sebuah film menjadi amat memikat dan memiliki roh ajaib. Roh-roh ini berhasil ditiupkan sutradara Inception dan menjadi film hidup yang sulit diejawantahkan keunikannya.

A fairy tale hanya dipercaya anak-anak. Di mana tokoh antagonis mati mengenaskan di akhir cerita. Si protagonis walaupun tersiksa di kehidupannya, bahkan mati tetaplah mendapatkan tempat yang terhormat, entah itu bagi orang-orang yang ia tinggalkan atau di sisi Tuhannya. Del Toro (director dan scriptwriter asal Meksiko) mencoba menggambarkan semangat yang dikandung dalam dongeng-dongeng masa kecil ternyata mampu mengubah dan berpengaruh besar terhadap Perang yang membabi buta dan penuh pembantaian.

Sepanjang karir saya sebagai penonton, baru Pan’s Labyrinth (2006) yang dengan santai menggabungkan dunia realitas yang dihadapi tentara dan kaum gerilyawan pasca Perang Sipil 1944 dan keajaiban sebuah dunia abadi dalam kehidupan seorang anak kecil. Dan briliant. Saya bisa melupakan dunia fantasi Ofelia, anak seorang janda penjahit pakaian Captain sebuah Post Military rezim Fasis baru di hutan Spanyol—ketika disuguhkan scenes perang dan kehidupan di balik dapur Post Military. Pun hal yang sama terjadi ketika Faun datang, seorang Dewa berbentuk Banteng, tubuh tampaknya adukan Batu dan Pohon, giginya mirip Orc di film kolosal The Lord of The Rings.

Hal menarik yang saya termukan di sini, opening film yang terlupakan seiring kita terbawa pada alur cerita, padahal itulah kunci cerita itu. Alur yang dibuat sedemikian rupa terasa alur maju, padahal flashback. Dan dongeng yang menjadi landasan cerita ini sesungguhnya tidak pernah ada.

Pan’s Labyrinth bercerita tentang Ofelia. Ibunya menikah dengan seorang Captain dan mengandung anaknya. Kapten tersebut ingin anaknya lahir di manapun dia bermarkas. Maka Ofelia dan Ibunya pindah ke post militer ayah tirinya. Ibu Ofelia memintanya menerima si kapten sebagai ayah, namun Ofelia tidak mau. Ia tetap memanggilnya Kapten. Usia kandungan ibu Ofelia sudah hampir sembilan bulan. Ofelia berteman dengan kepala pembantu di sana, Mercedes. Mercedes selama ini diam-diam membantu kakak dan ayahnya memimpin gerilyawan di dalam hutan. Pasukan ayah tiri Ofelia ditempatkan di sana untuk menangani para gerilyawan ini.

Di perjalanan menuju barak, Ofelia menemukan sebuah batu berbentuk menhir dengan pahatan kuno berbentuk wajah. Ofelia memasang kembali pahatan mata yang terlepas. Lalu muncul seekor belalang panjang. Efek belalang yang kurang sempurna memancing penonton untuk tidak percaya dengan penglihatan Ofelia. Del Toro memainkan teknik tersendiri di sini. Dengan efek yang kurang ‘greget’, penonton dibuat melupakan kejadian itu agar bisa terkejut ketika belalang itu menemui Ofelia di kamarnya, di barak tersebut.

Belalang tersebut adalah Fairy berkaki panjang yang menuntun Ofelia bertemu dengan Faun. Faun pun mengutusnya mengerjakan tiga tugas agar bisa kembali ke ayahnya. Kemunculan Faun yang tiba-tiba di kamar tidur Ofelia, adegan Ofelia mencari sebuah kunci, dan menemukan belati emas di sebuah ruang makan milik seorang monster tanpa mata wajah mengguncang akal kita, “Kok bisa ya... kok bisa ada yang beginian di tengan konflik perang?”

Ada film yang menggambarkan realitas, dan apapula yang memanipulasinya. Selama ini kita menonton film-film fantasi dengan cerita latar belakang tokoh utama atau setting kehidupan sehari-hari, seperti Alice in Wonderland dan Narnia. Jarang sekali kita menemukan film fantasi bersetting sebenar-benarnya perang, bukan perang dalam dunia fantasi.

Film ini bukan genre fantasi. Film ini berdiri sendiri sebagai kelas baru dalam film perang dan kolosal. Teknik bercerita mengalir sebab Del Toro menyisipkan dongeng yang dihapal mentah oleh Ofelia. Ofelia sebenarnya korban utama dari peperangan tersebut. Ayah dan Ibunya mati karena perang, adiknya yang lahir di medan perang pun terancam mati, dan Ofelia dengan semangat fantasi yang selalu ia yakini, ataukah otaknya menuliskan sendiri satu cara menyelamatkan diri, membantu para gerilyawan dan menghentikan perang di hutan itu. Sebagai anak kecil innocent, bagi tentara nazi Ofelia sama sekali tidak mengancam.

Ada keterikatan antara scene di dunia nyata dan scene di dunia fantasi yang dalam banyak film fiksi-fantasi seringkali diabaikan sesaat ketika tokoh utama berada dalam dunia imajinasinya. Opening dan ending film ini berfungsi baik. Jika kedua adegan itu disatukan, maka kehidupan imajinasi Ofelia dan Faun tidak ada. Roh tiupan Guillermo Del Toro dan rekonstruksi cerita yang berani dan licik membuat kita percaya bahwa Faun itu nyata.

Lantas bagaimana dengan sosok Faun dalam poster? Bahkan Ofelia sama sekali tidak ada? Faun adalah wujud fantasi Ofelia. Hampir semua anak korban perang di dunia memiliki cerita fantasi yang mereka ciptakan sendiri. Ada yang murni sebuah karangan, ada pula cerita yang mereka lanjutkan dari dongeng-dongeng yang sudah ada. Dongeng tersebut memberi mereka kekuatan untuk bertahan, bahkan melawan. Tak jarang pula, karakter rekaan tersebut berwatak mirip orang-orang yang paling mereka benci. Karakter Faun adalah rekaan Ofelia yang mengandung dua unsur: malaikat dan iblis. Faun diutus oleh kerajaan ayahnya untuk membantu Ofelia kembali ke kerajaan dan abadi. Namun ia memiliki cara devilish melaksanakannya. Itu digambarkan dalam scene pertemuan pertama Ofelia dan Faun. Pada ending, Faun terlihat dan kedengaran seperti ayah tirinya yang kejam dan tidak segan membunuh orang terdekatnya. Di ending tersebut, Ofelia dipaksa memilih, mengorbankan adik atau dirinya sendiri.

Ofelia mati di tangan ayah tirinya, untuk melindungi adiknya, melindungi garis keturunan ibunya. Dalam perang, ini seperti suicidal untuk keberlangsungan negara. Di saat yang bersamaan, kaum gerilywan dan Mercedes berhasil membumihanguskan post militer tersebut sebab Captain mengejar Ofelia yang membawa adiknya sampai ke dalam Labyrinth.

Benar, kan Pan’s Labyrinth bukan Fantasi?
Newer Posts Older Posts Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger