Judul Film : Cinta/mati
Sutradara : Ody C. Harahap
Sutradara : Ody C. Harahap
Penulis Naskah : Ody C. Harahap, Akbar Maraputra
Produser : Ody C. Harahap
Produser : Ody C. Harahap
Cast : Vino G. Bastian, Astrid Tiar
Produksi : Shooting Star (2013)
Tanggal Rilis : Indonesia, 29 Agustus 2013
Durasi : 95 menit

Ketika konsep
bunuh diri dituding sebagai jalan sesat, Cinta/Mati
ingin bilang, “Why so serious?”.
Kasus bunuh diri tergolong besar di negara-negara berkembang dan berpenduduk
banyak, utamanya di benua Asia. Di kalangan musisi, bunuh diri menjadi jalan
cerah untuk menjadi legend. Dan buat perempuan, tak sedikit bunuh diri disebabkan masalah
cinta. Jaya (Vino G. Bastian) diam-diam ingin seperti Kurt Cobain dan Acid
(Astrid Tiar) didera permasalahan kompleks dan cinta yang buntu berniat ingin
bunuh diri. Maka keduanya saling membantu.
Baru juga
bertemu, Jaya dan Acid terlibat hubungan absurd antara ‘teman’ atau ‘musuh’.
Mereka mempersoalkan banyak hal dalam satu malam sembari saling membantu untuk
bunuh diri. Bunuh diri kok jadi mainan? Tidak sekonyol itu. Tapi juga tidak
seserius itu. Kedua rasa ini, konyol dan serius tumpang tindih di tiap scene.
Kadang penonton tertawa sambil merenung, kadang pula dibuat merenung panjang hingga
melewatkan scene konyol selanjutnya. Yah, menurut mas Ody, Cinta/Mati memang diniatkan untuk ‘black comedy’. Rasanya seperti
menonton kisah satu waktu karya-karya Richard Linklater yang dibumbui
humor-humor gelap, dialog-dialog satir, dan jibunan kritik sosial. Di Cinta/Mati kamu akan menyaksikan culasnya para pengemis anak-anak di Indonesia dan profesionalitas PSK yang
mengembalikan setengah uang jasanya karena belum sampai setengah permainan.
Duh!
Film dengan
cast minim dan lokasi yang itu-itu saja memang harus cerewet. Jika mungkin
banyak film serupa yang ‘berceramah’ lewat dialognya secara terang-terangan,
kita justru menemukan Jaya dan Acid membicarakan nilai-nilai kebaikan saat
sedang bertengkar. Kebalikan dari struktur kehidupan ideal yang mengatakan
orang-orang baik berada di lingkungan yang baik, Cinta/Mati menunjukkan kebaikan-kebaikan yang tumbuh lebih
manusiawi dalam diri dua manusia yang berjuang untuk bunuh diri. Moralitas dan
amoral pun jadi tumpang tindih. Jangan sampai bingung!
Apa benar
kesetiaan tidak instan? Belum tentu. Duet maut Vino G. Bastian dan Astrid Tiar
berhasil menunjukkan hubungan super sensitif yang terjalin singkat (hanya satu
malam) dan cara penulis naskah mengatur ritme dari babak ke babak mengesankan
tumbuh riuh yang natural.
Mungkin tak
begitu sulit bagi sutradara untuk menggabungkan unsur-unsur yang terdapat dalam
‘Punk in Love’ (2009) dan ‘Bangsal 13’ (2004) dalam ramuan ‘black comedy’. Ada
rasa dari nada-nada minor, ada warna rasa ‘Selamanya’(2007) dalam Cinta/Mati. Bukankah ini seperti
menyatakan bahwa cinta tak melulu tentang rasa manis?
Kunci menulis
review Cinta/Mati, ‘jangan
membocorkan punch cerita’ karena inilah alasan terkuat mengapa film ini saya
anggap berbeda dari sekian banyak karya mas Ody. Keputusan sutradara membuat
akhir yang tidak menyelesaikan, juga saya anggap pilihan cerdas. Sama cerdasnya
dengan tidak mengganti adegan yang dapat disorot lembaga sensor dengan keras.
Namun orang-orang di lembaga sensor pun tak kalah cerdas, mereka memilih melekatkan
rate ‘17+’ ketimbang mememotong adegan dan dialog berani yang menjadi
jiwa Cinta/Mati.
Di balik
konsep film yang berbeda, ada catatan untuk pembuat film indie. Cinta/Mati dibuat dengan konsep
‘GerilyaFilmmaking’. Konsep ini memungkinkan semua kru dapat terlibat dalam
layar kaca dan juga menanam saham sehingga Cinta/Mati
jadi milik bersama. Catatan lainnya, konsep film ini minimalis sehingga jika
ditakar-takar, semua filmmaker dapat membuat film serupa. Namun ingat, isi
jangan sesederhana kemasaannya. Seperti Cinta/Mati
yang kaya dari dalam.
2 komentar:
blog nya keren gan...terus menulis
@fakhrul
makasih, gan.
saya takkan berhenti menulis!
#eh
Post a Comment