Hai kamu, orang yang entah mengapa tidak ingin lagi kusebut namanya.
Kamu ingat bagaimana caramu menarik perhatianku dengan seribu leluconmu itu? Delapan belas bulan lalu, aku mengenalmu sebagai makhluk paling konyol yang pernah aku kenal. Kamu seketika membuatku jatuh cinta, dan lupa diri.
Cinta kita begitu kuat. Aku kuat dalam lingkunganku. Kamu kuat atas keluargamu. Akhirnya kamu sanggup meninggalkan ketiga buah hatimu yang masih lucu-lucunya demi aku. Cintamu mematikan hatiku. Aku dengan sangat tega, merebutmu dari ibu anak-anakmu.
Kamu
mempertahankan aku. Iya, delapan belas bulan lalu kamu mempertahankan aku dengan
alasan cinta dan ingin menghabiskan sisa hidupmu denganku. Aku yang dibutakan cinta begitu terlena, menjadi sabar dan tabah untuk semua keinginan dan janji-janjimu.
Cinta kita terlarang. Kamu tahu, aku sadar. Tapi setan menggrogoti naluri kita.
Entah
sudah berapa orang yang sudah mencaci keberadaanku sebagai perebut suami
orang. Aku hanya diam, menutup telinga, hati menangis. Aku merasa
bersalah, tapi kamu terus meyakinkanku untuk terus melangkah bersamamu. Aku bisa apa, ditinggal olehmu pun aku belum siap. Aku cuma bisa diam
dan sabar menghadapi caci-maki orang. Betul-betul cinta sudah
membuatku buta.
Beberapa bulan lalu, bertahap segala
cacian mereda. Dunia sudah mulai menyadari bahwa kita tidak mungkin
terpisahkan. Cinta kita terlalu kuat untuk dipisahkan. Aku mulai tenang. Kita mulai lagi merangkai masa depan bersama. Tapi, khayalan-khayalan konyol kita yang sekarang cuma jadi kata-kata kotor.
Iya, semua cuma sebatas kata-kata kotor. Di antara kita saat ini ada wanita lain lagi. Seorang janda tepatnya. Salahku memang hancurkan keluargamu. Sekarang Tuhan membalas perbuatanku dengan hadirnya perempuan itu.
Mau
diapa lagi, aku terlalu mencintaimu. Tapi kamu, saat diminta memilih pun,
tak sedikitpun kata-katamu mengisyaratkan akan memilihku. Kamu hanya
meminta waktu berpikir dan mengulur waktu hingga akhirnya aku jenuh.
Kamu berhasil, aku benar-benar jenuh berada dalam posisi ini. Terlalu
sakit hatiku membiarkan lelaki yang sangat kucintai bersama wanita lain.
Lebih baik aku yg mundur. Mungkin perjalanan delapan belas bulan kita bukan apa-apa
dibandingkan janda yang menurutmu mirip Luna Maya itu.
Aku rela, aku ikhlas untuk merelakan hubungan kita. Tapi aku tidak akan pernah ikhlas dengan caramu mencampakkanku!
....
Terima kasih untuk pengalaman yang kamu ajarkan.
Dan maaf, serviceku tidak sedahsyat janda itu
:)
*dari perempuan yang menyukai warna ungu
0 komentar:
Post a Comment