Friday, 23 December 2011

Sementara malam perlahan ditinggal gelap

Sementara malam perlahan ditinggal gelap horizon menipis di pelupuk matamu aku menjauh pelan-pelan macam revolusi hindari sekap sementara awan tidak lagi kelabu kau mengintip dalam celah kelambu aku yang kandas memeluk guling bekas ibu sendiri menyelami sisa air matanya, dan berujar “ibu….kembalikan...

Setelah Hari Itu

Para Pemeran: Geng Barbiez: 1. Katy : cewek yang sangat ambisius. Otak Barbiez. Cewek provokatif dan paling bernafsu mencelakakan Yakuza. 2. Mindi : si lemot. Polos. Sekaligus cengeng. 3. Wanda : cewek stylish. Dandanannya cantik. Jago matematika. 4. Miyah : prinsip hidupnya, mengalir saja seperti air. Dia selalu mengiyakan rencana Katy tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang akan timbul. 5. Sisil : si penakut. Pematuh aturan sekolah. Tapi kadang kalau tidak tahan dengan perlakuan Yakuza, dia jadi...

Pan’s Labyrinth Bukan Film Fantasi

Sebuah film memiliki daya magis yang sangat memikat jika digarap sendiri oleh penulisnya. Cerita sebagai landasan utama, tolak ukur, jabang bayi sebuah film menjadi amat memikat dan memiliki roh ajaib. Roh-roh ini berhasil ditiupkan sutradara Inception dan menjadi film hidup yang sulit diejawantahkan keunikannya. A fairy tale hanya dipercaya anak-anak. Di mana tokoh antagonis mati mengenaskan di akhir cerita. Si protagonis walaupun tersiksa di kehidupannya, bahkan mati tetaplah mendapatkan tempat...

Thursday, 17 November 2011

Baca Artikel Ini Sebelum Berhubungan dengan Online Shop

Sudah jadi hak penjelajah dunia maya untuk bebas mengintip halaman page orang. Link yang dibagi bebas dan dapat dibuka kapan saja dengan tujuan sharing informasi atau sekadar hiburan. Saya juga salah satu penjelajah dunia maya yang gemar intip-kerasan-lempar ke dunia nyata. Waktu itu laptop saya, maklumlah...

Wednesday, 16 November 2011

Ibuaku

aku dan ibu menatap satu cermin yang sama. dengan mata ia menggambar seraut wajah aku menggambar seraut wajah dgn beberapa bulu dari selangkangan. ibu tidak melarangku. katanya aku seniman. ibu mengenali sosok yg aku lukis. “di mana ketemu dia, bu?”, “beberapa menit lalu, dia menanyakan kabarmu,” aku...

Monday, 7 November 2011

Hujan Pukul Dua

. tadi aku melukis matamu di cermin kamar aku pasti cantik di depannya .. sepiring nasi sayur ikan dan segelas air putih yang dirimu ... hujan pula ternyata kamu singgah sebentar sekali .... hujan memelan, setapak mengering sesuatu yang luka membanjir ..... teringat satu malam kau mencari masih...

Ibu dan Tuhan

1 Ibu, doamu menempeli gendang telinga tuhan Katakan padanya, aku mencintainya 2 Ibu, setiap malam kau tidur di bawah dongeng tuhan Mungkin bukanlah dosa jika ia kau minta jadi tokoh utama 3 Tuhan, ibuku dekat di ketiakmu Timang ia bersama-samaku 4 Tuhan, ibu akan memukulku karena cintaku Apa kau...

Sunday, 6 November 2011

Oksigen

* Jikalau kau udara, aku ingin bertapa untuk jadi oksigen Berada di antara kamu, dia antara pelukanmu ** Kau angin yang berhembus di seputaran gariswaktu Aku oksigen senantiasa turut serta, dalam pelan dan dahsyat hembusanmu *** Kau angin pemilik kata terikat, Aku oksigen mengikuti tanpa ikatan **** Seumpama...

Saturday, 29 October 2011

Tarian Buku

foto: Dancing Girl Cipher by Anna Van Skike Bertapa di sela rak buku “ajarkan aku membenci cinta yang selalu menggembirakan. Kali ini datang tak tepat waktu pun minta menetap sesaat di lubuk” Aku bangkit, menari-nari di antara rak buku Senyum-senyum sayat-sayat Karatan batas buku sekarang rentan Atas...

Thursday, 27 October 2011

Chimerazo

this is the view of Castle Chimera I call it 'Chimeraz...

The Art of Flame

an art of flame comes from the cold of huma...

Ending Riotz

Ending is a beginning, a wise said A birth is ending of mother's struggling A death is ending of chaotic adventure in reality A success is ending of thousands error and the riot is the sign of beginn...

The Smiling Latte

Life is like a cup of cof...

Definisi Kesepian

Malam itu saya tidak mau bertemu dengan anda jika bukan karena desakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban taktis. Percakapan kita memang selalu saya mulai tanpa basa basi. Anda menjawabnya grammatical, pelan, dan jelas. Saya mencatatnya di kepala. Muncul lagi pertanyaan baru. Lagi dan lagi. Sampai...

Wednesday, 26 October 2011

Senyum Saman

Bagaimanakah rupa permukaan di luar gedung besar ini? Benarkah gedung ini besar? Untuk sementara, jawabannya iya. Tapi untuk selamanya, mungkin aku tidak akan pernah membuktikannya. Luas jangkauku hanya sepanjang telinga bisa mendengar suara-suara sekitar tanpa tahu apa sumbernya. Aku familiar dengan...

Monday, 22 August 2011

#3 TERAS

Teras Dua Piatu Dari matanya, seringkali terjatuh nanah di sela jam belajar. Tangisan asing berubah pekat. Tangis, jadi darah. Darah jadi nanah. Bertahun-tahun ia menahan tangis tak jatuh, maka jadilah nanah. Jatuhan satu itu tak pernah niat kutahan. Suatu kali, kutuliskan sepotong sajak untuknya. Nanah itu jatuh lagi. Namun ia ketagihan. Katanya, nanah itu bengkak. Tegakah kau lihat aku berbengkak mata setiap berangkat sekolah? Karena sarapan puisiku, aku diajak ke rumahnya. Aku dijamu di teras,...

#2 Teras

Teras Tepi Kanal Siang hari, teras ini diramaikan tukang ojek saja. Lalu-lalang kendaraan yang berasal dari jalan sebelah, jalan gotong royong menuju jalan abubakar lambogo pasti sempat terpaku pada teras di sudut perempatan itu. Saat malam tiba, seperti kucing liar di sekitar bak sampah, anak muda di sekitarnya berdatangan untuk kongkow. Ada seorang gondrong pemabuk, mirip vokalis Blackout menanti kami di kegelapan teras. Dia akan bermain gitar dengan harmonica di bibirnya. Matanya selalu berbicara...

#1 TERAS

Kalo Puthut Ea dalam “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu” punya rumah di setiap kota, saya punya banyak Teras di seantero Kota Daeng ini, kawan. Inilah sebatu menhir persegi. Tertera huruf-huruf tercipta dari malam bertangis dan renyah sore pemilik teras. Huruf-huruf tanda terima kasih. Teras Berpasir Butuh waktu kurang lebih 45 menit untuk mencapainya. Teras itu jauh di sebelah barat Makassar. Tepatnya di Tanjung Bayang. Adalah seorang gadis pesisir manis pemiliknya. Tulang badannya besar dan lebar....

Tuesday, 9 August 2011

Warkop Bambu

Sebingar riuh larut dalam kopi Satu laut bernama kamu terburai di atasnya Kopi kuaduk pelan, Jaga tak tumpah, Berpotong gambarmu diikutkan iris-iris roti bakar Yang seperti setapak pedesaan itu garis hidupmu Kubangun pondok sederhana darinya Semoga niat kau singgahi Seorang perempuan tersenyum kuning Untuk...

Thursday, 28 July 2011

Damai itu Kau Tindih, Bukan?

Begitu mudah memulai sebuah permainan besar yang mengharuskan kita bertaruh harta paling berharga lalu mengakhirinya dalam kemenanganmu. Jeleknya, tak sedikitpun petunjuk yang puaskan pemahamanku apa kau menikmati permainan itu hingga hendak membuka meja kembali. Dan aku, di sini, di depan meja yang kita kelilingi malam itu, aku duduk termenung menatap segelas minuman gas dan dibuat tersedak asap lembut, menunggumu datang membawa taruhan yang lebih gila. Aku masih menunggu, bertanya-tanya, sebentar...

Tuesday, 14 June 2011

Kotoran

Merenung di toilet ‘Haiyya’, 22 Februari 2008 Satu hal yang pasti kukerjakan, melupakan ajaranmu Kelak, waktu gunung meletus tak berhasil buahkan tolehanku, Kudapati waktu statis tak berbuih Menempel erat sebagai kawan dalam nurani Waktu yang terangkai berutas-utas senyum tak putus-putus Mematung, Memikirkan pelangi lurus satu warna Adalah tingkahku kala terpaksa mendengar ajaranmu Ini, itu, anu, maka Semua cuma kosong yang dilucuti agar ada Benci terhadap segala kata yang kau semburkan Setahun...

Tanggal 81, bulan 18, tahun 8001

22 Februari 2008 Semua bisa saja Tidak ada yang berubah semenjak jatuhnya titik-titik embun pagi tadi memanggilku menatap buku Biasa saja semua Terpal hitam adalah langit hari ini Perkelahian, tangis, jiwa retak, bisu Hal-hal yang sama Tapi mengapa mereka mengawalku? Otak karatanku dijejalkan tanya-tanya berbau selidik Jika saja keberanian kalian ada di sidang KPK Maka uang-uang akan mem-bumerang Jumat, sabtu, minggu, Deretan yang tak pernah berubah Dentuman, peredaman, memekakkan, mengemosi Menggumpal...

Die Splittern

du… Jemand russt im liebe schrei: wǜnsche ich dich begleiten welt… ich schiebe nie meinen Einfang auf nur eins sekunde zwei Thronen spalten die Erzahlung Verlort die Grenze alle brennenderschmerz ausgewischt du untertauchst den weissen Flugel im seele wir fliegen mitgebracht werden illustriert… Still, rugig, keine Bedeutung mehr traurige seutzen und ruhige schreck verhalten ist mein Vorgefǜhl falsch? manchmal betrǜge ich etwas keine Bedeutung schrei: zwingst nicht dir zu Verlassen 05 Desember...

INI PALING MEMBAHAGIAKAN

30 November 2007 Maafkan, jika kuminta mati saat ini saat pisau runcing ramping menarik rupanya Tanganku tergoda untuk kutusukkan ke jantungku sekarang Maafkan, jika berfikir kehampaan antariksa Lebih butuhkanku ‘tuk melayang-layang tanpa arah dibanding bumi untuk kujajah Dimana telingaku menganga lebar Otakku terpanggang Tanganku meradang Dan setiap titik darahku terbakar mendidih memaki Membuatmu memaku Aku ingin mati saja Karena aku mendurhakaimu sekali lagi Sekali lagi… Air mata...

Yang Semu

Makassar, 01 September 2007 Negaraku Indonesia, surga semu Bendera diturunkan tanpa upacara Rutinitas berlalu tak tersadari Bukan raja perintah kami Dia setan! Bendera berkibar bukan pada tiang Hukum mati selayak dinding berjamur Indonesia, negara ayam kate Punya sayap tapi sukar terbang Ditendang yang adidaya, baru melompat terkaget Darah pernah ditampung dalam satu kota Banyak yang tersedu, lautan memerah Itu dulu, Itu dulu, Satu mimpi tak berpeduli Yang selalu kugemakan waktu kebanyakan...

Friday, 10 June 2011

Tak Berjudul

Makassar, 28 November 2007 Tidak ingin ada ini, mulanya Meski segala metamorfosis ditampakkan Dan relung-relung bertabir terbuka Ataukah yang tidak bisa menyeruak sejati Aku menjadi tak peduli dengan bencana alam Tanpa terduga ini ada Mengekor di komet kebenaran Dan menembus lapisan relung yang baru saja kututup Menggebrak! Menjadi pengikat simpul, Elemen terakhir, Empat sisi dunia terpenuhi, Raga berteman lagi Menyempurnakan segala apa yang tak mungkin, Ini dia, dan kupastikan…...

Sayap Puisi Legenda

09 Desember 2007 Lima masa dipasangi sayap Lima masa diajari terbang Lima masa melayang entah kemana bersamanya Sepanjang masa dijatuhkan ke dalam lembah termistik Ini bukan puisi Kandungan puisi itu kata-kata indah Bukan begini Ini bukan puisi Orang lain pergi berampas sesuatu yang pasti Kau menyimpan seraksasa tanya Ini bukan puisi Melainkan kebencian yang kulegendakan Ini perasaan dan tanda tanya Kemarahan yang meluap Ini bukan puisi ...

Koma

18 November 2007 Hilanglah pekat yang klasik Setitik lalu titik setelahnya Sebelum terlanjur usang Kuizinkan waktu, tanah, dan hembusan menjamah Pekat, Ambil dia, wahai putih jag...

Sudah waktunya

semasa sma, saya dirasuki banyak penulis dan pembicara lepas di sekitar, bertambah sibuk dengan suara-suara kecil di kepala. maka saya menulis. sayangnya baru bisa kusampaikan sekarang. selamat menikmati apa yang dulunya nikmat bagiku, sahabat 26 Januari 2008 Yang Kau Maksud Bahagia Tubuhku terkapar, bayangan kutindih Ini tidur abadi tanpa selimut putih … Beratap langit yang menganga bergemuruh Karena cinta, aku telah dibunuh _ Makassar, 20 November 2007 Datar Setelah masa antara jangkrik...

Sunday, 1 May 2011

Rumahmu (bagian ketiga)

Merah, kuning, hijau jangan salah, kawan. itu bukan pelangi. melainkan seperangkat alat pembungkus tubuh. pelan-pelan, sambil tertawa licik kumasukkan ke dalam koper. hmm, tepatnya tas besar warisan kakek. Rumah ini sudah tak layak ditinggali. Semua pintu rusak, atap bertambah bocornya. Belum lagi kalau turun hujan, volume air sekecil apapun, akan masuk dari sela-sela rumah dan membanjiri lantai paving-nya. hanya orang bodoh yang akan bertahan di sini. kalau aku mati, tentu tidak akan ada yang tahu....

Rumahmu (bagian kedua)

Lelaki berlangkah gontai, agak seret namun menyepat. Percepatan yang tidak seirama dengan degup jantungnya. Sore itu dia melintas di depan rumah baru yang sudah lama ia tinggalkan. Ada perasaan jengah pada rumah itu. Kadang terbersit rasa marah hendak membakar. Gumulan rasa yang muncul di hari-hari terakhir menjelang ia memutuskan untuk meninggalkannya. Hari-hari saat aku dan dia terakhir kali melancong udara bersama. Kami melintasi rumah lamanya. Rumah lamanya tampak ceria dan tidak banyak berubah....

Rumahmu

Dini hari, Kelopak mata atas membenci yang bagian bawah.. Maaf, tidur. Kau bukan lagi milik malamku. Menyusul cemilan dan minuman keras. Dini hari, Game tetap jadi pengingat akan gondola yang berputar-putar mengkhawatirkan para ibu Yang menarik bagiku hanya ini... seputar isi rumahku yang berantakan. Memperhatikan sekitar dalam mimik wajah pengap. Rumahku, apa yang hilang darimu. Ruang-ruangmu tidak pernah berkurang. Tak niat kutambah. Semua pas. Semua membahagiakan. Hanya saja mungkin di ruang...

Sunday, 27 March 2011

Bicara tentang hujan pertama kali setelah hanya pandai merasainya selama ini

*hujan Dingin gigil dan sakit Racikan sederhana dini hari *hujan Sepi peluk bayangan Teman terbaik setiap tengah malam *hujan Cinta dini hari benci malam-malam Teman bermain kala hati de...

Minta Tolong

Kematian Adalah ketenangan riak-riak gumulan air yang terjebak di balik bebatuan sungai dikelillingi lumut Kematian Adalah calon suami dambaan sehabis tidur telanjang badan dibalut selimut sobek ujungnya ditemani ragam buku-buku setengah basah pun bolong-bolong Kematian Adalah bosanku bernafas sebab...

Tuesday, 8 March 2011

An Excuse to be Free

Apa yang salah pagi ini? Langit cerah, kantong memang selalu bolong. Kuganti tali sepatu dari warna ungu menjadi kuning. Seperti kotoran manusia, atau tahi gigiku, analogi paling murah. Ya, itu saja. Sepeda motor kunyalakan. Hari ini playlist dimulai dari deret 53, One Republic. Bensin motor tinggal sedikit, nyaris kering. Harus bisa sampai di rumah Abii. Di sana aku tidak banyak cakap. Memang tidak pernah ada percakapan panjang di sana. Abii memulai waktunya bersamaku dengan menjelaskan perihal...

Simulasi

Rasanya, darah sastra membludak bercampur bersama hemoglobin dan sel darah putih di urat-urat tubuhku. Aku berjalan lambat, disaksikan gedung-gedung tua yang sisi-sisinya dicat merah. Beberapa sisi ada yang dicat berkali-kali untuk menutupi mahakarya seniman kampus. Mereka menuliskan segala kata dan caci yang tidak sempat mereka sampaikan dengan bengis kepada yang terhormat bapak wakil dekan, bapak dekan, atau bapak rector. Aku berjalan pusing. Berharap dia masih di sana, tersenyum menantiku kembali....

Monday, 28 February 2011

Bulir Jeruk dan Celana Pendek

Kelas terjemahan. aku datang terlambat, duduk paling ujung di sudut kanan. Terpisah dari teman-teman sepermainan dan sekegilaan. Berbaur dengan teman lain yang lebih kalem dari kami. Biasanya kami tertawa bersama, menertawakan teman di barisan belakang, atau memaksa diri menertawakan lawakan dosen yang garing. Karena aku terlambat, moment itu hilang. Dan aku merasakan sendirian di sudut itu. Kelas berlangsung kocak. Bukan karena dosen itu mengajar diselingi beberapa lelucon, tapi karena dia terlalu...
Newer Posts Older Posts Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger