Thursday 27 October 2011

Definisi Kesepian

Malam itu saya tidak mau bertemu dengan anda jika bukan karena desakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban taktis. Percakapan kita memang selalu saya mulai tanpa basa basi. Anda menjawabnya grammatical, pelan, dan jelas. Saya mencatatnya di kepala. Muncul lagi pertanyaan baru. Lagi dan lagi. Sampai tak terasa ada satu jam saya dan anda menghabiskan malam dengan sejumput kayu bakar dan nyala api yang terjaga.

Beberapa malam lalu saya mengeluarkan kalimat terakhir dalam amarah terbungkus seni kata. Saya ingin anda melupakan segala kenangan dalam dua kali dini hari itu. Padahal saya sadar, saya belum pula menemukan cara menjauh darinya. Saya menyukai kopi. Setiap gelas kopi berarti cambukan bagi hati saya. Bagaimana dengan anda, saya berharap hal yang sama. Namun saya paham harapan itu hanya punya kuasa di hati, tidak dia dunia nyata. Saya melihat anda santai saja menandaskannya setiap malam lalu masuk kamar dan tertidur bahagia.

Anda, tuan. Anda telah mengenalkan saya dengan jenis kesepian baru. Satu jenis yang bisa datang kapan saja, menyeruak dari celah udara mana saja. Kesepian itu mengandung siluet anda. Saya sebenarnya mulai jemu, kesepian merasa tidak demikian.

Kesepian saya selalu diekori harapan. Artinya semua sia-sia. Harapan saya takkan berjawab apa-apa. Tuhan mendengar tapi tidak bermurah hati untuknya. Kesepian saya menarik keluar roh dalam tubuh untuk mencari anda dalam brangkas di kepala, sel-sel otak saya kadang marah digodok-godok rajuk.

Anda, tuan. Berhentilah tersenyum pada saya dengan cara itu. Cari pula cara lain untuk menatap saya dengan alasan kesepian. Mungkin saja kesepian anda seperti punya saya. Akan tetapi kesepian anda tidak pantas berlama-lama. Kesepian kita berbeda. Punya saya selalu menghidupkan anda, punya anda pandai menenggelamkan saya.

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger