Thursday 17 November 2011

Baca Artikel Ini Sebelum Berhubungan dengan Online Shop

Sudah jadi hak penjelajah dunia maya untuk bebas mengintip halaman page orang. Link yang dibagi bebas dan dapat dibuka kapan saja dengan tujuan sharing informasi atau sekadar hiburan. Saya juga salah satu penjelajah dunia maya yang gemar intip-kerasan-lempar ke dunia nyata.

Waktu itu laptop saya, maklumlah benda ini sangat berguna untuk pekerjaan saya, selain mendukung hobi main game saya yang tidak bisa dihentikan bahkan oleh satpol PP, laptop saya rusak. Kali ini beneran rusak. Tidak bisa diapa-apain lagi selain jadi alas panci panas. Kejadian ini berdampak fatal dalam keseharian saya.


Bermodalkan jaringan wifi gratis, saya cari online shop yang menjual laptop murah meriah(baca: black market). Waktu itu saya dapat satu di wall Facebook teman saya. Online shop itu, kita sebut DRE menautkan teman saya di beberapa foto produknya. Ada tiga foto. Saya pun tertarik. Page facebook DRE saya pelajari lebih lanjut. Deskripsi perusahaannya menarik, detil, dicantumkan contact person dan alamat lengkap perusahaan. DRE juga memaparkan spesifikasi gadgetnya dengan baik. Saya tertarik dengan Nokia Booklet 3G, notebook keluaran pertama Nokia yang batrenya tahan 12 jam non-stop. Sangat cocok dengan profesi saya.

Saya pun mengirim pesan pendek kepada admin DRE. Besoknya ada seorang perempuan yang menelpon saya. Dia menjelaskan tiga tawaran transaksi: bayar DP-terima barang-kirim sisa, cash di depan sebelum barang dikirim, dan kredit dengan DP Rp 500.000. Honor saya masuknya bulan depan, uang di rekening hanya cukup bayar DP. Jadi saya pilih opsi ketiga. Tapi saya belum memastikan akan membeli barang laptop tersebut hari itu. Saya minta dikasih waktu untuk berpikir, namun sebenarnya untuk menyelediki lebih lanjut keberadaan perusahaan itu. Selama tiga hari.

Di Google, hanya muncul page Facebook-nya. Otomatis saya hanya bisa menyelidiki itu. Sayapun memeriksa postingan lama (tidak sempat saya periksa sebelumnya), komentar yang ditulis di page orang lain semuanya, “…maaf kami hanya sekedar mengiklankan…bla…bla…bla…” DRE punya 600 lebih teman Facebook. Salah satunya teman saya, tempat saya mengenal DRE pertama kali. Teman saya bilang, “DRE sering taut fotonya di page saya. Saya tidak pernah gubris,”

“Coba periksa komentar client-nya, di situ bisa kita lihat akunnya palsu atau bukan,”

Saya memeriksa page DRE sekali lagi. Belum pernah ada yang berhasil melakukan transaksi dengan DRE. Komentarnya hanya menanyakan ketersediaan stok dan bisa dihitung jari. Sampai di sini saya menyimpulkan bahwa DRE adalah online shop baru yang masih promosi.

Di hari ketiga, DRE menghubungi saya, menanyakan keputusan saya. Saya pun meminta nomor rekening. DRE meminta saya transfer DP segera setelah menerima nomor rekening. Online shop ini semakin meragukan. Apalagi belakangan ini saya sering mendengar teman yang bermasalah dengan online shop. Biasanya barang itu tidak orisinal atau tidak sampai ke tangan pembeli.

Saya pun mengajukan syarat kepada DRE,

“Bisa minta tolong fotokan saya produknya? Fotonya sebisa mungkin dengan pegawai DRE atau di lokasi DRE. Bisa juga dengan fotokopi resi transaksi sebelumnya atau berkas tertentu yang menandakan keberadaan DRE. Saya tidak mau membeli kucing dalam karung,”

Sebenarnya yang saya butuhkan adalah mengetahui dengan siapa saya bertransaksi. Mengetahui satu sosok wajah sudah bisa meyakinkan saya. Pesan pendek saya dibalas cukup lama. DRE meminta saya memeriksa akun Facebook. Ternyata yang ditautkan hanya foto Nokia Booklet 3G versi google. Saya mengirim ulang pesan saya. Dengan bahasa yang lebih jelas.

Sejam kemudian, DRE menghubungi saya. DRE marah dan menggugat saya tidak berminat dan hendak menipu, Emosi saya sempat keluar, tapi saya press dengan menjelaskan ulang prosedur transaksi saya. Saya menekankan hanya membutuhkan bukti foto. DRE bersikeras menyatakan bahwa saya harus menghargai privasi perusahaan dengan menutup identitas mereka, saya sedikit paham dengan black market di bagian ini. Lalu saya meminta foto tersebut dikirim via message Facebook saja. DRE masih tidak bisa memenuhinya. Dan lanjut nyerocos tidak jelas. Lalu mematikan telepon tiba-tiba.
Saya mengirim ulang pesan pendek saya. Bahwa saya butuh diyakinkan dengan bukti dan fakta. Seperti yang kita ketahui, online shop asli memasang gambar produk yang mereka capture sendiri, ada pula yang menyertakan foto resi pengiriman. DRE menjanjikan akan mengirim nomor resi agar saya bisa melacak keberadaan gadget saya. Tapi saya rasa itu tidak cukup.

DRE menelpon lagi. Ya, proses tawar-menawar ini alot dan menyebalkan. DRE kembali nyerocos, saya tetap meladeni dengan kepala dingin dan menawarkan akan mengirim data saya via sms lengkap dengan nomor KTP. Setelah itu DRE mengirim foto yang saya minta. Baru saya transfer DP. Namun reaksi DRE bikin saya naik pitam. DRE mendesak saya segera mentransfer DP sesaat setelah mengirim data. Saya mendengar ada suara penipuan di sini. Sekali lagi saya menyatakan tawaran saya dengan kepala dingin. Lantas menutup telepon.

DRE kembali menelpon, dan bilang
“Mbak orang kurang mampu ya? Kalau miskin jangan mimpi punya gadget bagus. Bla…bla,” saya pun naik pitam, saya jawab
“Anda bisa datang ke mari dan memeriksa keadaan ekonomi keluarga saya. Saya hanya mencoba membeli barang dengan penghasilan sendiri!”

Telepon saya matikan. Dan mengirim pesan semua data pribadi baik di dunia maya maupun di dunia nyata kepada DRE. Sampai detik ini DRE tidak lagi menghubungi saya.
Online shop memang menawarkan barang-barang yang terjangkau dan tidak pasaran. Misalnya pakaian dan pernak-pernik wanita. Tawaran harga murah dan cara berbelanja yang hemat waktu (kita tidak perlu ke toko) memberi keuntungan tersendiri untuk calon pembeli. Akan tetapi, sebagai konsumen tentu kita perlu hati-hati. Periksalah dengan baik data online shop yang anda minati, pastikan sebelumnya ada beberapa orang yang telah bertransaksi dengan online shop tersebut, kalau perlu periksa datanya lewat agen pemerintah.

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger