Mencintai angin mesti jadi Siul, ya?
jadi saya harus memainkan angin dengan nada dari mulutku. mulutku penuh makian untuknya.
ya, dia sialan!
angin itu, kau tau, Sapardi.... lebih suka kubunyikan pakai mulut pantat.
semakin menyenangkan karakternya, semakin kukutuk pertemuan kami.
Sapardi, aku bicara padamu seolah kita seumuran.
Perihal mencintai angin, aku rasa kau pakarnya.
Puisimu malah melukaiku.
Musikalisasinya mengganggu tidurku.
angin itu memberi derik miris di tepi kelopak mataku.
angin taik.
semua komitmen yang telah kukatakan padanya, akan kulupakan secepatnya.
Sapardi, berhentilah membicarakan angin.
Ah,....
dia sedang berdesir di sampingku,
coba menggeli tengkuk,
Sapardi, aku tak mau menjelma aku.
Buatkan aku puisi menjelma setan.
aku mohon
0 komentar:
Post a Comment