Sunday, 27 January 2013

The Odd Life of Timothy Green. Film Ini 'odd' Bagi Mereka yang Tidak 'Honoring God'

Judul The Odd Life of Timothy Green (2012) Sutradara Peter Hedges Penulis Naskah Peter Hedges, Ahmet Zappa 
Pemain Jennifer Garner, Joel Edgerton, CJ Adams

he's a force of nature

Kebanyakan film keluarga, karena mengedepankan pesan 'besar' bagi penontonnya, seringkali dibuat dengan cara yang sederhana. Tujuannya agar pesan 'besar' itu mudah ditangkap penonton, pencapaian teknis tinggi tidak begitu penting. Ini cara yang menurut saya pas untuk film keluarga yang tentu terdiri dari anak-anak, orang tua, remaja, dan kakek-nenek.

Secara teknis, The Odd Life of Timothy Green tidak seimajinatif film disney lainnya dengan membentuk dunia fantasi serba wah. Dunia rekaan disney kali ini hanya sebatas kota kecil dengan pensil sebagai produksi utamanya, populasi kecil dan suasana lingkungan khas kota kecil di Amerika. 


Timothy and Cindy Green

Sepasang suami istri, Cindy (bekerja di museum pensil) dan Jim (bekerja di pabrik pensil) disarankan dokter agar berhenti melakukan usaha memiliki keturunan, karena hasil pemeriksaannya negatif. Pasangan suami istri ini pulang dengan perasaan sangat terpukul. Cindy ingin pindah rumah agar melupakan kamar bayi yang telah mereka persiapkan. Namun Jim (dalam keadaan tak kalah terpukul) mengajak Cindy membuat daftar harapan akan seperti apa anak mereka kelak. Jim meyakinkan Cindy agar jangan berhenti berusaha. Kelak tentu mereka akan memiliki anak.

keluarga Green yang baru

Daftar harapan itu kemudian mereka tanam di kebun. Lalu hujan deras sejenak turun, hanya di atas rumah mereka. Itulah saat di mana seorang anak berusia 9 tahun keluar dari tanah kebun itu. Anak yang diturunkan oleh Tuhan. Sang anak menyebut dirinya Timothy, dalam keadaan tubuh penuh lumpur dan daun-daun tumbuh di kakinya.

Singkat cerita, Timothy pun dibesarkan sepasang orang tua baru itu. Mereka menyekolahkan Timothy, memperkenalkan Timothy dengan keluarga besar mereka (sebagai anak angkat tentunya) tanpa menjelaskan muasal dari mana ia berasal. Hari demi hari Cindy dan Jim lewati dengan upaya-upaya menjadi orang tua yang baik untuk Timothy.

Dan Timothy sungguh menjadi anak baik, jujur, menakjubkan, dan membahagiakan seperti yang mereka tulis malam itu. Tentu persoalan seperti Timothy di-bully di sekolah, diperolok teman sebaya (karena terus mengenakan kaos kaki menutupi dedaunan di kakinya), dan perasaan nyaman dengan lawan jenis tidak lepas dari cerita film ini. Tapi bukan semua ini intinya.

Timothy dan Joni

Secara tersirat, sutradara ingin menyampaikan pesan agar menjadi orang tua yang baik, bagaimanapun keadaan anak sendiri. Dan bagi anak-anak, tentu pesan agar menjadi anak yang berbakti pada orang tua. Sesimpel dan semulia ini.

Cerita jadi lebih menarik sebab dihubungkan dengan masalah keseimbangan alam. Pabrik pensil tempat Jim bekerja segera ditutup karena mereka telah melakukan banyak perusakan hutan dengan pembuatan pensil kayu. Sebelumnya, saat Jim dan Cindy kehilangan pekerjaan karena masalah terkait, Timothy memberi ide agar Cindi & Jim: Tim membuat inovasi baru: pensil dengan bahan dasar daun. Jadinya, pabrik tidak perlu menebang pohon lagi. Dimaknai lebih dalam, mungkin ini maksud tagline He's a force of nature.

Desain baru itu dibawa Jim ke kantornya, tapi ternyata tidak ada respon berarti dari bos Jim. Sementara itu, di saat Timothy menemukan kebahagiaan hidup sebagai anak dengan orang tua yang pengertian, teman-teman yang baik, dan lingkungan yang membahagiakan, Timothy justru mendapatkan pertanda buruk dari daun-daun di kakinya yang mulai berguguran.


he's not odd

Mungkin ending film ini mudah ditebak dari pertengahan film, namun lagi, bukan itu yang penting diperhatikan. Selama hadirnya Timothy, ternyata pesan dan tugas 'besar' yang dibawanya untuk keluarga Green dan penduduk Stanleyville agar bersahabat dengan lingkungan. Hal-hal itu bisa jadi sebuah berkah, peringatan, ataupun keduanya bagi yang percaya Tuhan dan bagi yang memiliki jiwa besar.

Dengan muatan seperti ini, The Odd Life of Timothy Green sama sekali bukan film yang membawa misi agama atau bertugas mendakwahi penonton. Lewat gambar-gambarnya sederhana dan hangat, tuturan ringan dan renyah, pelan tapi pasti kita dituntun menuju jalan 'to honor God' seperti arti kata Timothy.

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger