Thursday, 3 January 2013

Terima Kasih, Keluarga Baru :*



Sebenarnya saya tidak ingin menuliskan ini, akan tetapi sesuatu yang terluka cukup dalam di hati saya menginginkan sebaliknya. Katanya saya harus menuliskan fakta, saya harus mengeluarkan hal-hal remeh yang menyakitkan hati saya.

Ini tentang kalian, orang-orang yang mengaku sahabat saya. Bahwasanya, segala yang terjadi pada tanggal itu tak sekalipun pernah kurasakan dari kalian.

18 November 2012, hari itu minggu. Tak banyak yang tahu saya berulang tahun hari ini. Saya sejak kecil, sejak merasakan bahwa perayaan ulang tahun tak pantas saya harapkan dari siapapun, memang hanya menuliskan tanggal lahir jika diperlukan. Saat itu, saya semalaman bersama kekasih saya, seseorang yang baru kukenal selama tiga bulan terakhir. Seseorang yang kalian tidak kenali sama sekali, sahabat. Ya, saya berhenti percaya kalimat kalian tentang laki-laki yang baik atas diri saya. Saya berpikir alasan apa yang membuat orang lain dapat memahami kebutuhan saya, melebihi pemahaman saya sendiri? Tentu tidak ada. Hanya diri kita yang paling paham. 

Semalaman, saya dan boboi berkelakar saja di tempatnya yang sederhana setelah karaoke dan menelusuri kota ini dengan sepeda motor tua. Kami selalu menikmati hal-hal remeh begini. Kami jatuh tertidur di pukul tiga pagi, terbangun menjelang pukul 3 sore. 

Beberapa waktu sebelum tanggal 18, saya mengabiskan banyak waktu dengan tim produksi sebuah film dokumenter dan komunitas film yang saya bentuk dua tahun lalu. Selama beberapa hari itu, boleh dikata kami bersama sepanjang hari mengurusi crowd funding yang baru saya kenali teknis dan prosedurnya. Mungkin kesibukan ini yang membuat mereka merasa dekat dengan saya membuat kami saling memahami dan menyayangi. 

Pukul 4 sore, saya menemani kekasih saya manggung. Dia seorang gitaris band. Salah satu yang hebat di kota ini, menurut saya. Ungkapan ‘birthday girl’ berkali-kali dialamatkan dari teman-temannya sesama musisi. Rasanya menyenangkan diterima di lingkungan baru dengan cara yang indah.

Om Ichwan Persada mengajak saya dan kawan-kawan Findie ketemuan sebelum ia kembali ke Jakarta. Banyak hal besar yang terjadi atas komunitas saya setahun terakhir. Dari mulai masuk koran, radio, hingga menjadi local partner pembuatan film bioskop. Ichwan Persada ini salah satu yang berjasa atas kemajuan itu. Beliau juga tampaknya merasa cocok bekerja dengan kami.

Saya bertemu kak Ichwan setelah kekasih saya manggung. Kami bertemu di kedai kopi dalam mall panakkukang dan sejenak berkelakar. Tak kusangka, beliau memberi saya hadiah, sebuah buku kumpulan cerpen. K ichwan sengaja memilih judul dan penulis itu karena ia paham betapa tertariknya saya dengan kesusasteraan. Tanpa bermaksud berlebihan, saya akui belum pernah ada yang menghadiahi saya buku sastra sebelumnya. Saya menyambut hadiah itu dengan pelukan erat. Semoga kekasih saya tidak marah saat itu :D

Setelah beberapa saat di kedai kopi, kawan-kawan komunitas saya akhirnya datang. Marwah, Mal, Ian, Zaki, dan Restu. Mereka membawa kue cokelat besar dengan lilin angka ‘2’ di atasnya. Dengan pedenya mereka bernyanyi lagu selamat ulang tahun sementara saya parno kami akan dikenakan charge, karena telah membawa masuk makanan luar ke tempat itu. Dan angka ‘2’ di kue itu apa-apaan? 



‘Hehe...anu tadi angka 2 lainnya patah,’ timpal Mal dengan senyum ongolnya seperti biasa. Saya meniup lilin itu dengan perasaan campur aduk. Saya sangat terharu. Untuk pertama kalinya selama hidup saya, ada yang dengan rela menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk merencanakan satu pesta sederhana di hari ulang tahun saya. Saya lebih terharu lagi mengingat mereka yang merayakan adalah orang-orang yang belum lama ini saya kenal.

Saya hendak menangis waktu itu. Tapi gengsi lah, saya sudah 22 tahun dan menjabat posisi penting di Findie. Belum lagi mengingat sekian reputasi saya di luar sana. kehadiran @aiwajdi, salah satu #pasukanramang turut menambah gengsi saya. Tangis haru itu tertahan. Hahahha...terus terang saya menyesal menahannya. Akan lebih luar biasa jika saya menumpahkan tangis haru. haha

Namun, perasaan haru saya tidak berlangsung lama. Ternyata kawan-kawan Findie merencanakan hal tidak menyenangkan untuk saya. Mereka memesan banyak cemilan dan makanan di kedai kopi dan memaksa saya melunasi bill. Di adegan ini saya betul-betul ingin menangis. Sudah beberapa hari kantong saya kosong melompong ditambah rasa kasihan tidak bisa memberikan hal yang terbaik untuk keluarga baru saya. 




Ah, saya melupakan seseorang. Kekasih saya mesem-mesem aja di samping. Dia tahu saya sedang sangat terharu. Semalam saya menangis karena tidak satupun dari sahabat saya yang memberi ucapan selamat atau sekedar menanyakan kabar saya sekarang. 

Boboi (panggilan saya untuknya) melakukan hal luar biasa hari itu. Cerita saya selanjutnya membeberkan rahasia terbesar pada hari itu. K Ichwan dan para Findie sangat ingin karokean. Mereka berusul di Nav yang ada dalam mal. Saya melirik Boboi dengan tatapan yang tentu sangat ia pahami. Diam-diam Boboi menghubungi atasannya (beberapa hari terakhir hubungan boboi dan atasannya kurang baik karena kesalahpahaman kerja). Boboi meminta kebaikan hati atasannya untuk mentransfer beberapa lembar duit ratusan agar tanggal 18 saya tidak berlalu biasa-biasa saja.

Voila!
kami karokean selama dua jam di ruangan medium. Ada om @ichwanpersada, @zakiniwa, @restuwashere, @iansakuragi, @malsari_alam, @nunuasrul, @aiwajdi dan boboi @asnurSV berkaraoke ria, membawakan lagu-lagu lawas sampai lagu-lagu tidak jelas.



Saya bahagia tingkat dewa saat itu.
Terima kasih, keluarga baru :*
 

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger