Sebenarnya
saya tidak ingin menuliskan ini, akan tetapi sesuatu yang terluka cukup dalam
di hati saya menginginkan sebaliknya. Katanya saya harus menuliskan fakta, saya
harus mengeluarkan hal-hal remeh yang menyakitkan hati saya.
Ini tentang
kalian, orang-orang yang mengaku sahabat saya. Bahwasanya, segala yang terjadi
pada tanggal itu tak sekalipun pernah kurasakan dari kalian.
18
November 2012, hari itu minggu. Tak banyak yang tahu saya berulang tahun hari
ini. Saya sejak kecil, sejak merasakan bahwa perayaan ulang tahun tak pantas
saya harapkan dari siapapun, memang hanya menuliskan tanggal lahir jika
diperlukan. Saat itu, saya semalaman bersama kekasih saya, seseorang yang baru
kukenal selama tiga bulan terakhir. Seseorang yang kalian tidak kenali sama
sekali, sahabat. Ya, saya berhenti percaya kalimat kalian tentang laki-laki
yang baik atas diri saya. Saya berpikir alasan apa yang membuat orang lain
dapat memahami kebutuhan saya, melebihi pemahaman saya sendiri? Tentu tidak
ada. Hanya diri kita yang paling paham.
Semalaman,
saya dan boboi berkelakar saja di tempatnya yang sederhana setelah karaoke dan
menelusuri kota ini dengan sepeda motor tua. Kami selalu menikmati hal-hal
remeh begini. Kami jatuh tertidur di pukul tiga pagi, terbangun menjelang pukul
3 sore.
Beberapa
waktu sebelum tanggal 18, saya mengabiskan banyak waktu dengan tim produksi
sebuah film dokumenter dan komunitas film yang saya bentuk dua tahun lalu. Selama
beberapa hari itu, boleh dikata kami bersama sepanjang hari mengurusi crowd funding yang baru saya kenali
teknis dan prosedurnya. Mungkin kesibukan ini yang membuat mereka merasa dekat
dengan saya membuat kami saling memahami dan menyayangi.
Pukul
4 sore, saya menemani kekasih saya manggung. Dia seorang gitaris band. Salah satu
yang hebat di kota ini, menurut saya. Ungkapan ‘birthday girl’ berkali-kali dialamatkan dari teman-temannya sesama
musisi. Rasanya menyenangkan diterima di lingkungan baru dengan cara yang
indah.
Om Ichwan
Persada mengajak saya dan kawan-kawan Findie ketemuan sebelum ia kembali ke Jakarta.
Banyak hal besar yang terjadi atas komunitas saya setahun terakhir. Dari mulai
masuk koran, radio, hingga menjadi local
partner pembuatan film bioskop. Ichwan Persada ini salah satu yang berjasa
atas kemajuan itu. Beliau juga tampaknya merasa cocok bekerja dengan kami.
Saya
bertemu kak Ichwan setelah kekasih saya manggung. Kami bertemu di kedai kopi
dalam mall panakkukang dan sejenak berkelakar. Tak kusangka, beliau memberi
saya hadiah, sebuah buku kumpulan cerpen. K ichwan sengaja memilih judul dan
penulis itu karena ia paham betapa tertariknya saya dengan kesusasteraan. Tanpa
bermaksud berlebihan, saya akui belum pernah ada yang menghadiahi saya buku
sastra sebelumnya. Saya menyambut hadiah itu dengan pelukan erat. Semoga kekasih
saya tidak marah saat itu :D
Setelah
beberapa saat di kedai kopi, kawan-kawan komunitas saya akhirnya datang.
Marwah, Mal, Ian, Zaki, dan Restu. Mereka membawa kue cokelat besar dengan
lilin angka ‘2’ di atasnya. Dengan pedenya mereka bernyanyi lagu selamat ulang
tahun sementara saya parno kami akan dikenakan charge, karena telah membawa masuk makanan luar ke tempat itu. Dan angka
‘2’ di kue itu apa-apaan?
‘Hehe...anu
tadi angka 2 lainnya patah,’ timpal Mal dengan senyum ongolnya seperti biasa. Saya
meniup lilin itu dengan perasaan campur aduk. Saya sangat terharu. Untuk pertama
kalinya selama hidup saya, ada yang dengan rela menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk merencanakan satu pesta sederhana di hari ulang tahun saya. Saya lebih
terharu lagi mengingat mereka yang merayakan adalah orang-orang yang belum lama
ini saya kenal.
Saya
hendak menangis waktu itu. Tapi gengsi lah, saya sudah 22 tahun dan menjabat
posisi penting di Findie. Belum lagi mengingat sekian reputasi saya di luar
sana. kehadiran @aiwajdi, salah satu #pasukanramang turut menambah gengsi saya. Tangis haru itu tertahan. Hahahha...terus terang saya menyesal
menahannya. Akan lebih luar biasa jika saya menumpahkan tangis haru. haha
Namun,
perasaan haru saya tidak berlangsung lama. Ternyata kawan-kawan Findie merencanakan
hal tidak menyenangkan untuk saya. Mereka memesan banyak cemilan dan makanan di
kedai kopi dan memaksa saya melunasi bill.
Di adegan ini saya betul-betul ingin menangis. Sudah beberapa hari kantong saya
kosong melompong ditambah rasa kasihan tidak bisa memberikan hal yang terbaik
untuk keluarga baru saya.
Ah,
saya melupakan seseorang. Kekasih saya mesem-mesem aja di samping. Dia tahu
saya sedang sangat terharu. Semalam saya menangis karena tidak satupun dari
sahabat saya yang memberi ucapan selamat atau sekedar menanyakan kabar saya
sekarang.
Boboi
(panggilan saya untuknya) melakukan hal luar biasa hari itu. Cerita saya
selanjutnya membeberkan rahasia terbesar pada hari itu. K Ichwan dan para
Findie sangat ingin karokean. Mereka berusul di Nav yang ada dalam mal. Saya melirik
Boboi dengan tatapan yang tentu sangat ia pahami. Diam-diam Boboi menghubungi
atasannya (beberapa hari terakhir hubungan boboi dan atasannya kurang baik
karena kesalahpahaman kerja). Boboi meminta kebaikan hati atasannya untuk
mentransfer beberapa lembar duit ratusan agar tanggal 18 saya tidak berlalu
biasa-biasa saja.
Voila!
kami karokean selama dua jam di ruangan medium. Ada om @ichwanpersada, @zakiniwa, @restuwashere, @iansakuragi, @malsari_alam, @nunuasrul, @aiwajdi dan boboi @asnurSV berkaraoke ria, membawakan lagu-lagu lawas sampai lagu-lagu tidak jelas.
kami karokean selama dua jam di ruangan medium. Ada om @ichwanpersada, @zakiniwa, @restuwashere, @iansakuragi, @malsari_alam, @nunuasrul, @aiwajdi dan boboi @asnurSV berkaraoke ria, membawakan lagu-lagu lawas sampai lagu-lagu tidak jelas.
Saya bahagia tingkat dewa saat itu.
Terima kasih, keluarga baru :*
0 komentar:
Post a Comment