Friday 19 October 2012

Ternyata Kertas Enak Juga


Guling....guling....guling...guling...guling....guling.... sampai di luar hujan. Tetes-tetes hujan jatuh di luar jendela. Semalam juga hujan lebat. Dari semalam aku di kamar kakak, meringkuk dalam selimut tebalnya. Di samping keteknya. Hangat sekali. Sekarang aku di dalam kamar. Terkunci dari luar. Kakak begadang semalaman, mengerjakan sesuatu di depan meja belajar. Tidak biasanya kakak mengunci kamar kalau ke sekolah. Tidak biasanya juga dia pergi tanpa memelukku.

Guling....guling...guling...guling.... masih hujan. Aku lapar sekali. Tidak ada suara alat-alat dari dapur. Mungkin semua orang sedang pergi. Guling...guling...walau lapar aku hanya berguling. Tidak bisa keluar kamar, aku berguling. Ada kupu-kupu masuk ke kamar lewat lubang kecil di atas jendela. Warna hitam. Ada bintik-bintik hijaunya. Sedikit seram. Dia meliuk-liuk di atas ubun-ubunku. Terbang rendah mencari pijakan.

Si kupu-kupu terbang lagi. Dia menabrak dinding, dasar bodoh! Setelah capai terbang, kupu-kupu hinggap di meja belajar. Di atas setumpuk kertas yang membuat kakak begadang sampai tengah malam.

Apa yang sedang dilakukan kupu-kupu itu? Aku penasaran. Loncat...loncat...loncat hendak menangkap kupu-kupu itu. Dia terbang lagi, ke atas tempat tidur.

‘ngajak berantem ya? Ayooo!’




Kukerja kupu-kupu itu ke sana ke mari. Pokoknya harus kutangkap dia. Mau kugigit sayapanya yang hitam itu. Hap. Hap. Hap. Dia gesit sekali. Dia terbang dari meja ke tempat tidur, dari tempat tidur ke dinding, di situ-situ saja dia berputar. Gerakannya gampang terbaca. Tapi dia gesit sekali. Aku tersengal-sengal.

Kupu-kupu hinggap di atas kertas. Harus kutangkap kau. Kuambil ancang-ancang persisi harimau di televisi. Pelan. Waspada. Dan hap!

‘meong!’ berhasil kutangkap. Kuinjak kau. Kucakar kau. Kugigit kau, kupu-kupu nakal. Dan kertas-kertas di meja kakak pun berhamburan. Waaah....bagus sekali. Si kupu-kupu terbang lagi. Dia masih kuat ternyata. Aku kembali meloncat. Sekali lagi, hap! Dia berhasil kutangkap bersama berlembar-lembar kertas. Kugigit saja dia sekaligu kertas-kertas itu sampai tercabik-cabik. Kertasnya berubah jadi potongan kecil. Sementara di kupu-kup terbaring lemas di lantai.

‘meong!” rasakan. Kataku. Aku senang sekali. Belum tahu dia nenek moyang bangsa kucing adalah raja hutan. Di kota, kami rajanya.

Dan aku pun bosan.

Guling...guling...guling...lagi di atas kasur. Keluar masuk selimut. Aku bosan. Kakak dan mama belum pulang. Wuuussshh....angin berhembus dari celah di atas jendela. Menerbangkan kembali kertas itu. Hap!
Dapat satu kertas. Dua kertas. Kucabik-cabik. Kugigit-gigit. Aku punya banyak taring di mulut. Ciaaat, ciaat, ciaat!

Semua kertas habis kugigit. Rasanya enak juga. Lagi, ah. Cabik...cabik...cabik... gigit...gigit...gigit.... potongan kertas terbang ke mana-mana. Wuuusssh....angin masuk lagi. Terbang. Waah, waah, waah....
Kakak pulang sekolah. ‘meong’ kusambut dia di depan pintu. Horee..makan! rasanya capai habis bermain dengan kupu-kupu dan kertas.

‘PIKI!’ pekik kakak. ‘Nakal! Nakal! Nakal!’ kakak mengejarku. Aku mau dipukulnya. Memangnya apa salahku.

‘meoooong!’ aku berlari ke dapur. Ada mama dan semangkuk ikan rebus. Makan!

Kakak turun dari kamar, mencariku dengan kesal. ‘Mama, Piki merobek-robek tugasku... huaaaaaa’

‘Loh, memangnya kamu simpan di mana? Kok bisa dimaini Piki?’

‘tadi kuletakkan saja di meja,’

‘kamu sih menguncinya di kamar. Tidak lihat-lihat dulu!’ mama memarahi kakak. Aku sedang makan. Enak sekali, habis main langsung makan.

‘Mama...lihat ini!’ kakak memperlihatkan kupu-kupu yang sekarat di telapak tangannya.

‘Piki, kamu nakal!’ mama menggetok kepalaku pakai gagang pisau. ‘Kasihan sekali tamu kita...’

‘Tamu?’ kakak mendelik. Kepalaku sakit sekali. Jadi tidak nafsu makan, aku melenggak ke atas keset kaki kesukaanku. Manusia aneh sekali. Habis disayang-sayang, aku digetok. Malas jadinya.

Tthink as Piki
‘Iya, kupu-kupu yang memasuki sebuah rumah pertanda akan kedatangan tamu. Kalau kupu-kupunya mati, tamu bisa jadi tidak datang,’ mama langsung terdiam di depan dapur. Membayangkan siapa saja yang akan datang ke rumah. Sementara kakak melamun di bawah tangga. Mungkin memikirkan kertas-kertas itu. Aku terlelap di keset.

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger