Hilang masalah kehidupan pribadi dengan lawan jenis, masalah pertemanan melanda.
Entahlah apa yang mereka pikirkan akan saya. Saya sudah jauh-jauh hari menjelaskan alasan-alasan saya memilih cara hidup saya.
Apa yang kalian jalani dan pikirkan tak cocok diterapkan dalam kehidupan saya. Saya pikir kalian dapat mengerti saya. Mengapa saya ingin dimengerti oleh kalian? Ya, karena kalian teman saya. Saya tentu takkan ingin dimengerti oleh musuh saya.
Saya pikir kalian telah mengerti, tak tahunya masih sama dengan yang dulu. Bahwa apa yang saya lakukan dan semua pencapaian saya selama ini hanyalah kegagalan dan cara yang salah, menurut persepsi kalian. Saya menangkap cerminan sikap ini dari cara kalian memperlakukan saya dan bahwa kedekatan kita semakin hari semakin hilang. Bahwa ada kenyataan setiap kali saya memikirkan kalian, kalian sebenarnya tidak sedang memikirkan saya. Ini rasanya seperti cinta bertepuk sebelah tangan.
Saya tidur di lantai, kalian tidur di hotel
Saya makan dengan nasi + telur, kalian makan pizza
Saya mengenakan pakaian murahan, kalian mengenakan pakaian dari Mall
Saya menghabiskan uang secukupnya dalam sebulan, kalian menghabiskan yang lebih dari cukup
Saat saya tertawa, kalian biasa-biasa saja.
Saat saya patah hati, kalian tak ingin mendengarkan
Saya memilih hidup sederhana dengan semua pilihan paling mudah didapatkan. Saya tidak memiliki dan menyukai apa yang kalian punyai dan sukai. Kita terang berbeda.
Saya bosan dihakimi atas hal-hal yang menurut kalian tidak baik sementara saya memikirkannya itu baik dan semua sesunggungnya berjalan baik-baik saja. Kalian seperti hakim yang melebihi Tuhan. Bahkan Tuhan sendiri tidak menghakimi saya.
Saya mulai hari ini tidak lagi ingin memikirkan kalian, tidak ingin berharap apa-apa dari kalian. Saya tidak lagi ingin mempedulikan sesiapa yang tidak mempedulikan saya. Saya ingin mengurusi sesiapa yang menganggap bahwa 'life is better if it shared'.
2 komentar:
happiness can be real if it shared (supertramp)
yes, of course.
Post a Comment