Friday 18 October 2013

Surat Kaleng (bagian 1)

terhitung tahun aku lebih sering terjaga ketimbang tidur. malam demikian lengang di sini, persis rumahku yang berada di pinggir kota. alasan utama kenapa aku menenggelamkan diri dalam insomnia karena lengang ini. bikin fokus. aku sulit berpikir dan menuliskan ideku di siang hari. terik, bising, dehidrasi, debu, semuanya membuatku muak.

awalnya insomnia ini kuanggap penyakit, lalu kuanggap anugerah, sekarang kuanggap kutukan. karena lengang, kosentrasiku dalam, tetapi kini menjadi salah fokus. aku malah fokus padamu. kita bertemu pertama kali di tempatmu, saat itu aku datang bersama seorang teman. kami diantar ke sana oleh temanmu. yah, kita mengira semua ini hanya sebatas hubungan pertemanan yang saling menguntungkan.

kita ternyata memiliki kutukan dan kesukaan yang sama. kamu insomnia, kita sama suka seni. kita banyak berbicara. sebab kamu jauh lebih tua dariku, aku lebih banyak mendengarkanmu ketimbang menimpali ceritamu. 

aku menyelam dalam hidupmu, barangkali sebab hidupmulah yang selama ini kucari. tidak bermaksud romantis, maksudku aku kagum pada cara hidupmu dan semua langkah berani yang kamu ambil hingga menjadi sosok seperti sekarang ini. aku rasa harus belajar banyak darimu.

entahlah, mungkin kamu nyaman bercerita denganku. kita pun jadi sering bertemu di tempat lain. di kafe, di warkop. obrolan kita selalu hangat, penuh cekikikan, asap kopi selalu mengepul. tak jarang pula karena sama sibuk, kita seolah hanya ingin mempertemukan laptopmu dan laptopku. kita diam, banyakan menekan tuts keyboard laptop.

aku tahu aku kagum padamu. aku tahu aku menemukan banyak kenyamanan di hidupmu. caramu menatapku, caramu kadang menggodaku. caramu menjagaku. dalam waktu yang cukup lama, semua perasaanku sebatas menganggapmu 'kakak'. betapa ideal kamu sebagai kakak buatku. aku punya banyak kakak, tapi tak satupun yang bertindak seperti kakak.

kamu berbeda. kamu mengajariku banyak hal, mendengarkan ceritaku, bahkan terkadang paham apa yang akan aku kerjakan sebelum kuceritakan kepadamu. kulihat kamu melakukan semua perhatian padaku tanpa pamrih sedikitpun.

aku menuliskan ini dengan harap kelak kamu iseng membuka weblogku dan menemukan Surat bodoh ini. semuanya kuceritakan di sini, karena aku pelupa. aku menulis karena pelupa, ya begitulah. kamu tahu terkadang aku ceroboh dan abai terhadap banyak hal.

kita semakin akrab. bahkan selalu bertemu tanpa sebab, sekedar ingin berdua saja, menandaskan kopi di suatu tempat, kita bertemu sekejap lalu pulang. sederhana bikin senyum. mungkin malam itu kamu khilaf, sampai ingin bertemu pada jam yang tidak biasanya. malah jadi pertemuan kita, yang terlama, sepanjang kita saling mengenal. semalaman.

di suatu tempat yang tidak direncanakan, cerita kita saling merengkuh. entahlah apa yang membuat udara semakin dingin dan kita membutuhkan kehangatan yang lebih. kita membakar api unggun di dalam ruangan sempit, saling meminjam nyawa. kurang lebih begitu... dan bla, bla, bla. sampai kita membuka mata di pagi hari, kena hangover, dan aku deg-degan luar biasa. "Kok bisa kita begini?" batinku waktu itu.

sejak saat itu, tidurku tak pernah nyenyak, walau di siang hari. insomniaku semakin akut. jam-jam lengang tengah malam tak lagi mampu membuatku fokus pada pekerjaan. aku hanya mengenangmu. aku mempertanyakan banyak hal atas diri dan sikapmu malam itu. kujawab sendiri kadangkala, dengan petunjuk percakapan kita. banyakan dari jawaban itu membuat bagian dadaku yang sebelah kiri terasa perih. perih yang lalu merambat sampai ke telapak kaki. lantas aku menangis, tanpa sadar.

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger