Jam 3 dini hari. Mobil Grand Livina hitam
melaju di tengah jalanan lengang dari Makassar menuju Barru. Meski
sudah menjelang subuh, namun 8 penumpang di dalamnya (termasuk supir)
masih sesekali bercanda. Tak tampak rasa kantuk di antara mereka. Di
tengah kerjaan itu, tiba-tiba seekor kucing melintas. Dan walau melaju
dalam kecepatan normal, “kecelakaan” itu tak terhindarkan. Salah satu
penumpang, Eki, memutuskan untuk turun dari mobil dan mengecek kondisi
kucing yang tertabrak itu. Nafasnya masih terlihat naik turun dan
diputuskan untuk menaikkannya ke mobil sembari mencari tempat yang tepat
untuk menguburkannya jika memang usianya berhenti di dinihari itu.
“Kaget juga karena baru akan memulai
sesuatu ternyata harus menghadapi musibah itu. Takutnya jadi pertanda
buruk. Tapi karena niat baik dan kami pun tak meninggalkan kucing itu
terkapar di tengah jalan, Alhamdulillah syuting teaser di Barru berjalan lancar, “ jelas Eki yang diserahi tanggung jawab membesut teaser film dokumenter panjang tentang Ramang, salah satu legenda sepakbola Indonesia paling hebat yang pernah ada.
Rezkiyah Saleh, nama lengkap Eki,
perempuan yang aktif dalam berbagai kegiatan seni di skena Makassar itu
tak pernah menyangka akan dibebani tanggung jawab seberat itu. Ia sadar
betul bahwa teaser dokumenter ini tak seperti film pendek yang
biasa dikerjakannya. “Dari awal Kak Ichwan (Persada– produsernya – red)
sudah mengisyaratkan bahwa film dokumenter ini akan jadi produk
nasional. Bahkan tak menutup kemungkinan menjelajah ke festival luar
negeri. Dan teaser ini jadi perkenalan awalnya. Jujur saja, saya agak gugup tapi Kak Ichwan tak pernah berhenti memberi semangat, “ tambahnya.
Pasukan Ramang bermula dari
keprihatinan. Ketika pada 26 September tahun lalu saat peringatan 25
tahun meninggalnya Ramang dan tak ada media lokal yang mengingatnya.
Hingga FIFA menurunkan artikel panjang tentang legenda sepakbola itu dan
buru-buru lantas dikutip oleh media lokal. Ichwan Persada tak akan
pernah lupa momen itu. “Jujur saja, saya tak terlalu menyukai sepakbola,
tapi momen itu menyadarkan saya untuk berbuat sesuatu. Dan teman-teman
di Findie Makassar menyambut baik niat itu. Padahal waktu itu saya
bahkan tak punya ide bakal dapat uang darimana untuk membiayai proyek
ini. Tapi niat baik memang selalu ada jalannya, “ jelas produser film
dokumenter Cerita Dari Tapal Batas itu tersenyum.
Hanya perlu 3 bulan hingga akhirnya terkumpul sejumlah biaya untuk mendanai pembuatan teaser berdurasi 2 menit. Teaser yang diniatkan sebagai alat untuk menggerakkan hati lebih banyak orang untuk mendukung proyek film dokumenter Pasukan Ramang. Ichwan dibantu oleh Firman Baso, Mohammad Machsan dan M Ruslailang Noertika sebagai Co-Executive Producer. Dan Ichwan tak tanggung-tanggung mempersiapkan teaser
ini. Keseriusannya sama seperti ketika ia menggarap film layar lebar.
Bedanya di sini ia bekerjasama dengan 100% tenaga lokal dari Makassar.
Tentu saja ada perbedaan pola pikir dan sistem kerja.
Eki mengingat betul bagaimana teaser ini menyiapkan produksinya. “Kak Ichwan meminta paling tidak ada workshop
2-3 hari sebelum syuting, sehingga semua hal bisa dicek secara matang.
Dan dia juga menuntut saya sebagai sutradara dan Andi Mattuju sebagai
pengarah sinematografi untuk menyiapkan presentasi secara lengkap,
sehingga semua tim tahu apa yang kami lakukan di proyek ini, “ katanya.
Dan di depan seluruh tim saat workshop, Eki mengaku bahwa ini
pertama kalinya ia melalui proses produksi seperti ini. “Biasanya kan
maunya buru-buru syuting, padahal belum matang betul. Namun disini Kak
Ichwan ingin kami semua melalui proses kerja yang semestinya.”
Keseriusan menyiapkan teaser ini juga terlihat dari bagaimana akhirnya diputuskan untuk menggunakan 3 kamera sekaligus : Canon 5D, 60D dan 550D. Andi Mattuju dibantu oleh Adhar Mattuju dan Saddam Syukri di departemen kamera. Yang awalnya mengagetkan hampir seluruh tim adalah ketika tahu bahwa syuting selama 2 hari itu hanya akan terwujud menjadi teaser berdurasi 2 menit. Andi yang sekaligus juga menjadi salah satu Co-Executive Producer Pasukan Ramang bisa memahami hal itu. “Semuanya kan demi kesempurnaan. Kak Ichwan meminta stock shot sebanyak mungkin sehingga teaser-nya akan terasa dinamis. Dan saya bersama teman-teman memang mengambil ratusan stock shot termasuk detil-detil gambar yang akan memperkaya susunan gambar di teaser nantinya, “ jelasnya.
Dan hari yang dinanti pun dimulai. Sabtu 13 April 2013, tim melaju ke Barru untuk mengambil gambar di Sumpang Binangae, kampung tempat Ramang menghabiskan masa kecilnya. Tim Pasukan Ramang terhitung cukup lengkap, mulai dari produser, sutradara, produser lini (Asnur SV, Restu Iman Bachtiar dan Nunuk Anwar), 3 orang penata sinematografi, perekam suara dan still fotografer (Farid Wajdi). Menurut Ichwan, tim ini terhitung cukup “mewah”. “Waktu bikin dokumenter Cerita Dari Tapal Batas, saya hanya berempat menjelajahi desa demi desa di penghujung Kalimantan. Tapi disini kami bisa syuting dengan formasi cukup lengkap, “ ujarnya.
Dan hari yang dinanti pun dimulai. Sabtu 13 April 2013, tim melaju ke Barru untuk mengambil gambar di Sumpang Binangae, kampung tempat Ramang menghabiskan masa kecilnya. Tim Pasukan Ramang terhitung cukup lengkap, mulai dari produser, sutradara, produser lini (Asnur SV, Restu Iman Bachtiar dan Nunuk Anwar), 3 orang penata sinematografi, perekam suara dan still fotografer (Farid Wajdi). Menurut Ichwan, tim ini terhitung cukup “mewah”. “Waktu bikin dokumenter Cerita Dari Tapal Batas, saya hanya berempat menjelajahi desa demi desa di penghujung Kalimantan. Tapi disini kami bisa syuting dengan formasi cukup lengkap, “ ujarnya.
Sesungguhnya hanya 3 adegan yang diambil
di Barru namun ternyata membutuhkan waktu sehari penuh. Salah satu
adegan melibatkan Bapak Arsyad, sahabat masa kecil Ramang. 2 adegan
lainnya lah yang cukup merepotkan tim, karena melibatkan pertandingan
sepakbola antara 2 kesebelasan anak-anak lokal. Di tengah terik matahari
jam 2 siang, tim bekerja keras mengarahkan belasan pemain belia itu.
“Kami baru menyadari bahwa mengambil adegan pertandingan sepakbola itu
cukup sulit. Ini saja buat teaser 2 menit sudah setengah mati,
bagaimana ya merekam adegan untuk film layar lebar?, “ kata Eki tertawa.
Andi menimpali Eki dengan mengatakan bahwa untungnya anak-anak itu
sangat kooperatif. “Mereka mau saja diminta berakting terjatuh menangkap
bola, melakukan sliding dan tidak mengeluh. Jempol lah buat anak-anak Sumpang Binangae.”
Ichwan juga mengingat pengalaman lucu
saat syuting di Barru. “Anak-anak itu sempat terlihat lesu ketika kami
mengatur mereka untuk bermain bola demi kepentingan pengadeganan. Dan
mereka bermohon-mohon agar diperbolehkan bermain sepakbola dengan bebas.
Padahal sebenarnya kita memang sudah menyiapkan waktu untuk itu kok
buat mereka yang juga sekaligus direkam. Dan mereka hebat-hebat ketika
bermain sungguhan lho, “ paparnya.
Dan kesulitan mengarahkan pesepakbola
anak-anak di Barru jadi pengalaman buat keesokan harinya ketika tim
menjalani syuting hari ke-2 di Karebosi pada Minggu, 14 April 2013. Tim
bisa lebih kompak dan lebih efektif bekerja. “Saya, Adhar dan Saddam
sudah lebih antisipatif di Karebosi. Karena di sini cukup banyak adegan
yang harus direkam. Jadi kami harus pintar-pintar mengarahkan anak-anak
ini untuk bermain bola sesuai tuntutan adegan,“ kata Andi. Di lapangan
Karebosi, Makassar, tak hanya merekam adegan pertandingan sepakbola,
namun juga melibatkan sejumlah supporter dari PSM, Manchester
United, Real Madrid dan Interisti Makassar. Juga beberapa narasumber
seperti Diza Rasyid Ali (Direktur Makassar Football School yang beberapa
kali mengharumkan nama Indonesia di kancah pertandingan sepakbola
internasional) dan Andi Muhammad Ikhlas alias Iko (lebih dikenal sebagai
music director Radio Madama dan penggiat EO) yang mewakili
anak muda pecinta sepakbola. Dari Karebosi tim melanjutkan syuting ke
rumah Daeng Uki, dedengkot supporter PSM, di jalan Beruang.
Sayangnya memang adegan yang melibatkan Bapak Anwar Ramang, putra
Ramang, tak bisa dilakukan mengingat kondisinya yang masih terbaring
sakit di RS Wahidin.
Dan kerja keras selama 2 hari penuh pun
akhirnya berakhir. Selanjutnya akan diolah oleh Ian Sakuragi sebagai
penyunting gambar. Rekaman ratusan gambar bergerak selama 2 hari akan
dipadatkan menjadi 2 menit saja. “Rencananya sebelum final teaser
kami rilis, akan kami keluarkan terlebih dahulu sejumlah teaser
berdurasi 30 detik. Sebenarnya ini soal strategi saja, terutama agar
masyarakat Indonesia makin tahu dengan proyek ini, “ jelas Ichwan.
Direncanakan teaser ini akan
diluncurkan secara serentak di beberapa kota, termasuk Jakarta dan
Makassar. “Kemungkinan akan mengambil momentum Hari Kebangkitan Nasional
20 Mei. Niatnya agar menjadi momentum bangkitnya kepedulian masyarakat
akan sosok Ramang,“ tambah Ichwan.
Bagi tim teaser Pasukan Ramang,
pengalaman terlibat di produksi ini menjadi pelajaran berharga. “Kami
belajar mencoba menjalankan produksi dengan sistem kerja yang benar,
dipersiapkan dengan baik, dan berharap semoga nanti hasilnya juga akan
baik, “ jelas Eki dan Andi yang diamini rekan-rekannya yang lain.
0 komentar:
Post a Comment