Tuesday 19 March 2013

Menjadi Dosen, Sastrawan, atau Filmmaker?

well, jangan suruh saya memilih satu di antara ketiganya. mereka sama pentingnya. saat-saat terakhir perkuliahan, dilema menyerang. ini gejala biasa dan wajib dialami setiap orang yang pernah kuliah dan berhasil mencapai tahan 'susun skripsi'. di masa ini, mereka bingung memilih 'akan ke mana ia melangkah selanjutnya'

antara Menikah atau Susun Skripsi
haha.. ini memang bodoh. tapi fakta. sebagian teman saya bingung, memilih menerima lamaran kekasih dengan resiko kuliah akan sempoyongan atau menyusun skripsi dulu, sarjana, kemudian menikah. keduanya sama penting. yang terjadi pada salah satu teman dekat saya adalah, dia memilih enak berpacaran, kuliah terakhir tidak dipedulikan dan masa bodoh dengan skripsi. well, dia mungkin memilih untuk mengabaikan pentingnya derajat pendidikan untuk dirinya. as long as i have love of my life.. semacam itu.

take that job or graduated with wrong  license 
kondisi ini menyerang mahasiswa-mahasiswa rajin, yang selama kuliah dituntut sambil bekerja demi bertahan hidup. biasanya mereka yang merantau jauh dari kampung halaman. atau ada juga yang di pertengahan masa kuliah merasa took wrong direction. salah arah. salah pilih jurusan. contohnya, hmm.. teman saya. dia ingin punya skill yang bisa dijadikannya profesi. seperti anak teknik arsitektur yang keluarnya jadi arsitek. tapi teman saya memilih sastra inggris. yap, you know-lah jurusan ini tidak menjanjikan profesi apapun setelah lulus. satu-satunya yang paling jelas adalah menjadi dosen. itupun, agar memperoleh rate tinggi dan mudah terangkat, harus punya sertifikat akta 4 dan lanjut kuliah S2 untuk disiplin ilmu yang sama. lalu teman saya mempelajari skill lain, desain grafis. di tengah perkuliahan, sebelum lulus, banyak tawaran bekerja sebagai desainer grafis di perusahaan-perusahaan entertainment. and then... what shall he do? 

yang di atas hanya dua dari ratusan contoh orang-orang hilang arah dan baru sadar menjelang kelulusan kuliahnya. saya sendiri masuk di golongan yang ada di judul 'dosen, sastrawan, atau filmmaker'. dari kecil orang tua saya, menyetel isi kepala saya dengan beragam ilmu dan kemuliaan menjadi seorang pengajar. itu terbawa menjadi 'cita-citaku ingin menjadi guru'. seiring waktu berjalan, saya mempelajari bahwa menjadi pengajar itu monoton. anda akan diberi jadual tetap mengajar selama seminggu, ruang kelas yang boring, mahasiswa-mahasiswa yang boring, dan sederet kurikulum pendidikian negara yang juga boring. i'm sick of this.

later, sembari orang tua menyuplai asupan otak saya dengan beragam ilmu, secara pribadi saya tertarik dengan seni kebahasaan, kesusasteraan. tak tanggung-tanggung, dalam menulis saya mencari inspirasi dengan cara-cara vulgar, investigasi, 'acting di masyarakat' dan beragam cara penyamaran menjadi siapa saja demi mendapatkan karakter tokoh karangan yang sempurna. alhasil, ini sebenarnya yang membuat orang-orang mengetahui sedikit tentang nama saya yang mengalami banyak perubahan nama pena.

lalu, di perkuliahan, demi melebarkan jangkauan sastra, saya mencoba memasuki dunia penulisan skenario. menyenangkan. dan semua surga kesenian yang ditawarkan, saya berlabuh dalam dunia perfilman. dari skenario merambah ke dunia produser film dan lainnya. lalu, ternyata garis hidup bicara banyak di sini. hari demi hari, yang saya urus dan saya minati hanya film. bahkan profesi saya sebagai penulis cetek tidak beranjak jadi penulis 'bagus'. komunitas film saya menemukan karekternya dengan waktu yang singkat. kami mulai mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan pembuatan film skala pro.

then what shall I do? saya tidak ingin memilih. belum bisa memilih. semua sama menyenangkan. 


nb: don't matter this writing. ini hanya sampah otak yang terbiar keluar saat menunggu teman-teman saya datang di warkop tempat kami sering diskusi. yep, don't matter this :D

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger