Baiklah, dengarkan saja. Komentarmu disimpan dulu sampai akhir. Otak, belakangan ini aku menyadari satu penyakit akut. Belum pasti kapan munculnya. Gejalanya, jika malam tiba, ruangan tempatku berada serasa menyempit, seperti penjara shawshank. Kau tahu kan penjara para penjahat kelas kakap itu? Seperti itu kiranya. Sebenarnya aku ingin menggunakan analogi yang lain, namun berhubung kamu tidak diberi berkah merasai, maka ini saja.
Aku dikurung sesuatu. Tak tahu itu apa. Hmm... boleh aku menebak. Siapa tahu itu hanyalah rasa bosan. Yang aku tahu tentang kebosanan, adalah di mana kepala mulai pusing, tubuh mendingin, gerak tubuh jadi kaku. Aku merasakan tanda-tanda itu. Jika tengah malam tiba, bobot badanku memberat dan sulit sekali mengendalikan kaki dan tangan perempuan ini.
Hey, rasa itu menyergap lagi. Dengarkan aku... dadaku sesak, tapi tidak ada tanda-tanda air mata akan meloncat. Dadaku sesak, tiba-tiba kurasakan orang-orang di sekeliling begitu menggelandang, patah hati, dan haus kasih sayang. Dan aku... aku ingin memberi mereka kasih sayangku.Jangan-jangan, kau sampai pada fase menjelang keibuan.
Apa? Jangan ngaco, menikah saja saya belum. Dan kau tahu, aku sedang tidak punya kekasih. Hati, hati perempuan diciptakan untuk menyeimbangkan bumi ini. Hati laki-laki kan diciptakan menjadi keras agar bisa memimpin dan mengelola bumi ini. Hati perempuan adalah pemberi kelembutan, penyeimbang bumi ini. Seperti yin dan yang. Hati perempuan putih. Makanya mereka dipercaya mengandung calon manusia dan memberinya kasih sayang sejak dalam perut.Hahha... ada-ada saja. Belajar dari mana kau? Perempuan ini, belakangan ini dia banyak mengembara dan mencari kasih-sayang. Lalu tiba-tiba saya berpikir, mengapa terus-menerus menerima dan malas memberi. Perempuan ini menyadari sesuatu. Sampai suatu ketika, sampai padamu, hati. Kau mulai tidak egois ingin diberi, kan?
Ya... aku lebih senang memberi dan membagi sekarang. Balasan senyum dari orang-orang sekitar jadi cukup buatku. Dahulu, aku ingin orang-orang itu membalas kembali genggaman tangan dan bisikan kecilku pada mereka dengan makna yang sama walau dalam konteks kalimat yang berbeda.Kau tak usah percaya pada kata-kataku. Sebab katanya pemahamanmu jauh lebih jitu dibanding aku. Kau pun tidak diciptakan untuk berpikir, kan. Jadi rasakan saja perubahan bumi ini. Nikmati fasemu, fase ini takkan berulang kembali. Setiap hari adalah berbeda. Tidak semua malam sama gelapnya. Ternyata kau baik juga, ya... kukira hanya tahu sok pintar. Hahha... terserah katamu. Sekarang, istirahatlah. Berdetaklah perlahan, perempuan ini tampaknya kelelahan. Akupun ingin beristirahat, seharian terus diporsir memikirkan bagaimana tubuh perempuan ini dapat bertahan hidup. Selamat malam,
1 komentar:
Jika hati bisa menuntut apakah ia ingin diberi fungsi beerpikir juga? Andai ia dapat berpikir...hehehe
Post a Comment