Sunday, 1 May 2011

Rumahmu (bagian ketiga)

Merah, kuning, hijau jangan salah, kawan. itu bukan pelangi. melainkan seperangkat alat pembungkus tubuh. pelan-pelan, sambil tertawa licik kumasukkan ke dalam koper. hmm, tepatnya tas besar warisan kakek. Rumah ini sudah tak layak ditinggali. Semua pintu rusak, atap bertambah bocornya. Belum lagi kalau turun hujan, volume air sekecil apapun, akan masuk dari sela-sela rumah dan membanjiri lantai paving-nya. hanya orang bodoh yang akan bertahan di sini. kalau aku mati, tentu tidak akan ada yang tahu....

Rumahmu (bagian kedua)

Lelaki berlangkah gontai, agak seret namun menyepat. Percepatan yang tidak seirama dengan degup jantungnya. Sore itu dia melintas di depan rumah baru yang sudah lama ia tinggalkan. Ada perasaan jengah pada rumah itu. Kadang terbersit rasa marah hendak membakar. Gumulan rasa yang muncul di hari-hari terakhir menjelang ia memutuskan untuk meninggalkannya. Hari-hari saat aku dan dia terakhir kali melancong udara bersama. Kami melintasi rumah lamanya. Rumah lamanya tampak ceria dan tidak banyak berubah....

Rumahmu

Dini hari, Kelopak mata atas membenci yang bagian bawah.. Maaf, tidur. Kau bukan lagi milik malamku. Menyusul cemilan dan minuman keras. Dini hari, Game tetap jadi pengingat akan gondola yang berputar-putar mengkhawatirkan para ibu Yang menarik bagiku hanya ini... seputar isi rumahku yang berantakan. Memperhatikan sekitar dalam mimik wajah pengap. Rumahku, apa yang hilang darimu. Ruang-ruangmu tidak pernah berkurang. Tak niat kutambah. Semua pas. Semua membahagiakan. Hanya saja mungkin di ruang...
Newer Posts Older Posts Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger