Sunday 20 February 2011

Perempuan Kami

Sebelum aku benar-benar dibunuh lupa, harus kubenamkan tanda tangan di hidup dan diri mereka: orang-orang yang kucintai karena apa adanya.

***
Ayah bilang juga apa. Kamu dulu ambil jurusan keperawatan. Begitu lulus, kan gampang, tinggal masuk di rumah sakit punya Om Kim. Kau malah ambil jurusan bahasa Inggris yang lapangan pekerjaannya hampir tidak ada.

“Waktumu habis untuk temani bule! Cas..cis...cus... tidak jelas, mau jadi apa kau?”

“Itu lagi......... seluruh badanmu sudah diobral. Saya yang sudah tua begini pun tidak sudi menikahi perempuan macam kamu, cuiih.....”

Semestinya atmosfer ruang keluargaku makin panas. Namun karena ia sudah terlalu sering menggembor kalimat-kalimat itu, segalanya terasa hampir tidak ada bedanya.

“Yah, jangan lupa. Setengah jam lagi harus ke dokter,”


.....baca lanjutannya dalam kumpulan cerpen 'Satira (Perempuan dan Pena Takdir) atau nikmati filmnya dalam DVD yang bisa kamu pesan via 085.298.457.712

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger