Tuesday, 15 May 2012

Asam

Cukup seduhan kopimu. Lidahku mulai bosan dengan rasa vanilla. Pisang goreng keju juga mulai jadi penduduk asing di lidahku. Asam dan sepat. Dua rasa yang belakangan ini mengakrabkan diri dengan lidahku. Mereka diterima tanpa proses inisiasi, mengalahkan rasa manis kecap dan gula yang telah mengekspansi muatan teh dalam gelas sejak minuman anti-oksidan itu ditemukan dari ramuan pucuk daun. Asam. Rasa yang menggambarkan tepat segala kerancuan kehidupan ini. Rasa asam biasanya menyeruak dari ketiak laki-laki yang jarang mandi. Tercium dari jarak yang cukup jauh. Membuat orang-orang malas mendekat dan memiliki alasan untuk membenci laki-laki itu. Jauh berbeda dengan rasa pahit. Masih ada yang bersedia mencicipi kopi hitam tanpa gula, meski matanya harus tertutup rapat dan kepala menjadi berat setelahnya. Namun jelas tidak ada yang ingin meminum kopi asam. Kopi basi, katanya. Aku lebih menghargai pecinta rasa asam dibanding rasa kopi dan kerasnya campuran alkohol 50% dalam minuman pemabuk. Kini, seberapa asam dirimu? Masihkah ada yang mendekatimu jika sedang mengasam? Ataukah orang-orang menjauhimu sebelum mereka sempat menyadarimu?

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Pages

 

Arsip

Popular Posts

 

Designed by restuwashere | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger