Judul Film : Mika
Sutradara : Lasja Fauzia Susatyo
Penulis Naskah : Indra Herlambang
Produser : Adiyanto Sumarjono
Pemain : Vino G. Bastian, Velove Vexia, Donna Harun, George Timothy
Produksi : PT. Investasi Film Indonesia, First Media Production
(rilis 17 Januari 2013)
Satu
lagi film anak bangsa bertema sosial, Mika.
Kisahnya memang masih mengkuti pakem cerita ‘orang
sakit dan lingkungan sosialnya’, namun Mika punya jualan sendiri,
romantisme.
Dikisahkan
Mika (Vino G. Bastian) yang ODHA (orang dengan HIV/AIDS) bepacaran dengan Indi
(Velove Vexia). Indi sosok yang kurang percaya diri karena harus menggunakan brace untuk menyembuhkan Scoliosis pada tulang punggungnya. Indi
bertemu Mika sebelum ia masuk sekolah menengah atas. Kehadiran Mika membuatnya
memiliki semangat hidup dan percaya diri.
Biasanya,
orang awam akan menghindar jika tahu temannya seorang ODHA, namun Indi sama
sekali tidak merasakan perbedaan diri Mika, selain sebagai cowok tampan
(walaupun agak seram dengan tatonya), baik hati, dan seru. Dari Mika, Indi
belajar semangat hidup. Namun, ya kisah cinta keduanya mulai kandas setelah
orang-orang di sekitar Indi tahu bahwa Mika mengidap HIV/AIDS.
Lama
tak terdengar kabarnya, Velove muncul sebagai gadis manis, manja, namun berjiwa
sosial tinggi di film ini. Tak hanya sebagai pemian, Velove juga terjun
langsung sebagai executive produser.
Akting Velove tergolong beda dari peran tomboy yang biasa dilakoninya. Peran
sebagai Indi membuat Velove yang biasanya lincah jadi kalem, bahkan diceritakan
untuk berlaripun Velove tidak diijinkan oleh dokter.
Apa
lagi yang membuat Mika jadi romantis? Vino G. Bastian! Aktor yang terkenal
dengan karakter bad boy tapi romantis
ini, tampak semakin romantis dan kiut disandingkan dengan Velove. Mika mencuri
mawar di kafe untuk Indi, mengirim novel Peter
Pan, dan menggendong Indi agar ia bisa ikut mata pelajaran olah raga adalah
beberapa adegan yang akan membuat para gadis semakin mengidolakan sosok Vino.
Di
balik semua romantisme remaja yang disajikan dalam warna soft di sini, Mika adalah
kampanye sosial. Mika mengajak semua orang untuk peduli dan tidak menarik diri
dari ODHA. Dalam beberapa adegan, Indra Herlambang menyisipkan hal-hal yang perlu dilakukan dalam
bersosialisasi dengan penderita ODHA, tanpa perlu takut tertular.
Sayangnya,
Mika agaknya kurang di beberapa hal.
Utmanya di scene-scene pembuka
sebagai drama tiga babak dan ada beberapa dialog yang lemah. Pula masih butuh
tambah adegan menyentuh demi mendukung misi sosial cerita. Namun, jangan perhatikan
kekurangan ini, fokuslah pada usaha Indi mempertahankan perasaan, niat,
semangat hidup, dan keyakinannya pada Mika yang sebentar lagi meninggal.
Film
besutan Lasja F Susatyo ini terinspirasi dari 2 novel autobiografi dari Indy
Sugar Taufik, berjudul Waktu Aku Sama
Mika dan Hidup itu Sempurna.
Dituntun narasi tuturan Indi, kita diajak berpetualang dalam kehidupan indah
seorang penderita AIDS. Dan drama romantis ini ditutup scene bernada surealis yang tak terduga!!
0 komentar:
Post a Comment